Masih di tahun 2012, ucapkan dengan lantang kepada Saya, selamat datang di Manado.

Diantara banyaknya kota indah di Indonesia, Manado adalah destinasi favorit Saya.

Bisa dibilang, Manado adalah sebuah paket komplit untuk perjalanan wisata.

Buat sahabat inindonesiaku.com yang mencintai pantai, maka Manado punya pantai yang menakjubkan.

Pokoknya sudah terbayang pasti di benak anda, soal pasir putih dengan garis pantai yang panjang.

Yang Menarik dari Manado

Buat sahabat inindonesiaku pecinta alam bawah laut, Manado adalah salah satu surga buat snorkling atau diving.

Buat sang pencinta danau, Manado juga punya koleksi danau yang luar biasa indah.

Tapi, buat anda yang lebih menyukai gunung, Manado juga punya pegunungan yang sama eksotisnya dengan pegunungan di pulau Jawa ataupun Sumatera.

Dan satu lagi, buat anda sekalian penikmat kuliner nusantara, jangan terburu-buru menelan ludah.

Masakan Manado dari setiap ujung kotanya menyimpan citarasa khas yang pastinya sangat lezat.

Apalagi yang tidak punya pantangan soal mengkonsumsi makanan.

Perjalanan Pun Dimulai

Pagi hari di bulan Agustus menjadi saksi pertama perjalanan saya menikmati Manado, Minahasa, dan Tomohon.

Meski sering mampir ke tempat-tempat tadi, rasa rindu selalu menarik saya untuk kembali kesini.

Saya awali perjalanan ini dengan sebuah cerita waktu menunggu di bandara Jakarta dengan kopi dari mesin otomatis.

Saat minum kopi sendiri seperti ini merupakan saat-saat paling menyenangkan buat saya.

Sambil meneguk isi cangkir, saya memilih untuk memperhatikan keadaan sekitar.

Belajar Mengamati Sekitar

Belajar soal berbagai ekspresi unik orang Indonesia seperti ini tentunya tidak mungkin saya temukan di executive lounge.

Dari tempat saya duduk, saya melihat beberapa orang sudah menjalankan tugasnya.

Padahal jam baru menunjukkan pukul 03.50 WIB. Sungguh pekerja keras.

Melihat mereka, saya juga belajar bagaimana Orang Indonesia berjuang untuk satu tujuan, yakni merasakan keindahan Indonesia dengan versi mereka masing-masing.

Kalau lihat seperti ini, saya pikir keluhan sebenarnya bukan budaya Indonesia.

Mendarat di Manado

Saya mendarat di Manado saat pagi menjelang siang. Kota Manado sudah begitu menjadi sahabat dengan saya.

Salah satu kebiasaan saya kalau mendarat di suatu tempat, saya akan sengaja duduk.

Melihat situasi setempat saat itu sambil membuka audisi dadakan tentang supir yang cocok untuk menemani perjalanan.

Tak lama seorang Pria muda duduk mendekati saya dan langsung menyapa dengan ramah.

Seperti umumnya kebiasaan orang Manado, saat berkenalan langsung mudah akrab dan gemar menyebut nama lengkap dengan penuh kebanggan saat berkenalan.

Pertanyaan khas yang keluar dari orang setempat saat seorang Perempuan sendirian mengunjungi suatu tempat di Indonesia adalah Mbak tidak takut jalan sendirian?”.

Dan Ku Menujumu

Sepakat dengan harga sewa mobil, saya memutuskan untuk ke Tomohon.

Sepanjang perjalanan ke Tomohon pemandangan khas alam timur Indonesia kembali menggoda saya.

Jalan berliku-liku, mengitari bukit dan melewati rumah-rumah penduduk menjadi inspirasi tersendiri, juga restaurant-restaurant lokal yang menyuguhkan makanan khasnya.

Saya masih ingat betul rute ini, satu rumah makan Minahasa berdiri di pinggir jalan yang mendekati tebing.

Dari tempat parkirnya yang tidak seberapa luas, kita bisa lihat pemandangan seluruh kota Manado.

Sahabat inindonesiaku tak perlu repot membayangkannya di bagian ini, langsung saya jelaskan dengan satu kata, indah.

Sebenarnya saya pernah singgah dua kali di restoran ini. Pertama tahun 2006, saat menemani sahabat sesama pecinta Indonesia membeli Paniki (kelelawar) yang diolah dengan cara dibakar.

Paniki ini adalah makanan khas Minahasa, meski demikian saya sama sekali tidak tertarik mencobanya.

Makanan lezat di Manado masih banyak, dan saya bukan sedang di mengikuti acara Survival atau Fear factor.

Setelah singgah untuk makan siang di Minahasa, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan pertama kami.

Tempat indah favorit saya, yang membuat saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dulu.  Nantikan kisah saya di Manado Trip berikutnya.

by Arum Silviani

Comments are closed.