Sumatera Barat, salah satu provinsi yang sangat ingin saya kunjungi dari dahulu.

Selain karena banyak orang Sumbar di tempat saya bekerja, rumah makan dan tempat kuliner Sumbar  yang selalu ada di antero negeri, serta cantiknya Jam Gadang.

Semua itu menjadi penggoda saya untuk bertandang ke tanah Minangkabau.

Kesempatan itu Akhirnya Menghampiri

Sampai akhirnya, salah satu sahabat saya mengajak share cost ke Sumbar, dan tanpa berfikir lama langsung saya iyakan.

Mulai mencari tiket, mengajak sahabat yang lain, mencari info objek wisata favorit, kasak kusuk kepoin kuliner enak di Sumbar, sampai menyusun itinerary.

Pokoknya kami ke Sumbar fokus mau kulineran, objek wisata kami sisipkan beberapa saja yang menjadi referensi dari beberapa kawan.

Sumbar, Kami Datang

Berbekal itinerary dan info yang kami peroleh, akhirnya pertengahan September 2018 saya dan dua sahabat saya pergi ke Sumbar.

Begitu menginjakkan kaki di Ranah Minang, kami disambut hujan deras, ah memang rejeki, suasana jadi adem.

Kami ambil flight sore dari Jakarta, sampai di Bandara Minangkabau menjelang magrib, tujuan kami langsung ke tempat kuliner.

Sahabat inindonesiaku.com mau tau gimana kenyangnya kami memburu kuliner Sumatera Barat? Yuk disimak

Hari 1

Soto Garuda

Soto Garuda, menjadi kuliner pertama kami di Padang, dari Bandara kami langsung menuju Jl. S. Parman No. 110 Padang untuk menikmatinya.

Di Soto Garuda harga untuk makanannya berkisar Rp. 11.000 – Rp. 15.000 / porsi, dan untuk minuman berkisar Rp. 3.000 – Rp. 8.000.

Kami memesan 2 Soto padang, 1 Gado-gado, dan 3 teh panas semuanya seharga Rp. 66.000.

Sotonya enak, cocok banget dimakan saat hujan turun, Gado-gadonya mantap dengan bumbu kacang yang melimpah.

Soto Garuda
Gado-gado di Soto Garuda

Soto Simpang Karya

Selepas dari Soto Garuda, kami masih penasaran dengan soto padang lainnya yang menjadi referensi salah satu sahabat kami.

Soto Simpang karya, terletak di Jl. Dobi No. 2A Padang menjadi kedai soto selanjutnya yang kami sambangi.

Disini kami memesan 1 soto untuk dimakan bertiga, sekedar membayar rasa penasaran.

Begitu datang, tak terelakkan kami membandingkan dengan Soto Garuda yang sebelumnya kami makan.

Kuah Soto Simpang Karya lebih pekat dibandingkan Soto Garuda yang bening, rasanya pun berbeda dengan Soto Garuda.

Walaupun rasanya sama-sama enak, kami bertiga lebih suka Soto Simpang Karya, apalagi ditambah kripik parunya, hmmmm juaraaaa.

Harga untuk seporsi soto dan nasi, serta kripik paru adalah Rp. 34.000.

Soto Simpang Karya

Martabak Kubang Hayuda

Sambil jalan ke hotel kami mampir dulu ke Martabak Kubang Hayuda di  Jalan Prof. M. Yamin SH 138 B, Belakang Tangsi Padang.

Kami memesan dibungkus Martabak Mesir biasa seharga Rp. 22.000 yang rencananya untuk sarapan.

Tapi rencana tinggal rencana, sampai hotel kami buka martabak mesirnya, dan habis seketika.  Lupa memfotonya, haha.

Hari 2

Kampiun Tarandam

Beralamat di Jalan Tarandam III No. 22 Padang, tempat ini merupakan referensi dari driver rental kami.

Katanya disini tempat jual bubur kampiun, lontong sayur, dan pical enak.  Beliau selalu bawa tamunya kesini.

Kami pun memesan 2 pical, 1 lontong sayur, 1 bubur kampiun, 2 kopi, dan 2 teh manis panas seharga Rp. 50.000.

Makanan di Kampiun Tarandam

Gimana rasanya? Kami sudah pernah makan 3 jenis makanan tersebut di daerah kami masing-masing, dan rasanya emang beda.

Lontong sayur bumbunya lebih berasa, lebih lekoh kalo kata orang Sunda, bubur kampiunnya lebih enak, dan picalnya berbumbu kacang kental dan berbeda dengan yang pernah kami makan.

Enak banget menurut kami, senangnya mengawali pagi dengan sarapan yang memuaskan.

Sate Mak Syukur

Puas berkeliling ke beberapa objek wisata, perut rasanya lapar.  Tujuan makan siang kali ini adalah sate padang.

Sate Mak Syukur menjadi pilihan kami, beralamat di Jl. Sutan Syahrir No. 250 Padang Panjang.

Kami memesan 2 porsi sate daging, 1 porsi sate usus, 1 porsi lontong plus kuah kuning, 2 es jeruk, 1 es teh tawar, 1 kopi seharga Rp. 124.000.

Rasanya juara, rempahnya duh duh, berasa banget.

 

Warung Sate Mak Syukur Tampak Depan
Sate Mak Syukur

Rumah Makan Family Benteng

Tujuan kuliner kami di sore harinya adalah Rumah Makan Family Benteng.

Berdasarkan referensi dari internet, rumah makan ini paling enak ayam pop nya, jadi begitu sampai sini yang kami coba pertama kali ya ayam pop.

Ayam pop ini polosan banget ya, kok kayanya gak ada bumbunya, tapi begitu coba rasanya, bikin susah lupa.

Ayam Pop dan Menu lain di RM Family Benteng

Bener emang, jangan lihat sesuatu dari penampilan luarnya saja, kenali lebih dekat, dan kaupun akan mengerti (jadi inget lirik salah satu lagunya Sherina Munaf :D).

Satu lagi yang kami coba di rumah makan ini adalah tomatop, minuman yang terbuat dari sejenis jus tomat, ditambah susu dan telor setengah matang, diaduk sampai menyatu semuanya.

Gimana rasanya? Enak banget menurut saya, unik, perpaduan antara jus tomat, susu, dan gurihnya telor setengah matang, mesti coba kalo kesini.

Harga makanan dan minuman yang kami nikmati untuk 4 orang dihargai Rp. 248.000.

Tomatop di RM Family Benteng

Hari 3

Nasi Kapau Uni Lis

Memulai hari ketiga, karena kami berada di Bukittinggi kami mau mencoba nasi kapau Bukittinggi di Los Lambuang.

Dari Jam Gadang kami ambil ke arah atas, 15 menit kami berjalan, belasan warung nasi kapau terpampang di depan kami.

Akhirnya kami ke Warung Nasi Kapau Uni Lis, disitu banyak sekali lauk yang ditawarkan untuk makan, dan kami memilih ikan.

Rasanya enak banget, pingin nambah tapi kenyang, haha.  Makan 3 nasi dan lauk, serta 4 minum dihargai Rp. 80.000.

Aneka Lauk di Uni Lis

Rumah Makan Pergaulan

Siang hari kami bingung mau kemana, akhirnya driver kami memberi referensi ke Rumah Makan Pergaulan di Jalan Soekarno Hatta Kelurahan Parit Rantang, Payakumbuh Barat.

Sama seperti rumah makan di Sumatera Barat yang menghidangkan aneka ragam lauk, di Rumah Makan Pergaulan ini pun sama.

Aneka lauk berjejer di meja, dan yang paling membuat saya senang, akhirnya saya menemukan semur jengkol, ya ampun enaknya.

Saya sarankan sahabat yang belum pernah makan jengkol untuk mencobanya, sempat menolak akhirnya makan juga, enak kan ya??? Hahaha

Dan satu yang kami suka disini adalah belutnya, ini pun pertama kalinya sahabat saya makan belut. Enak, gurih-gurih kriuk.

Kami membayar Rp. 153.000 untuk makan dan minum 4 orang yang kami santap.

Gulai Itiak Lado Ijau

Nah ini nih, salah satu kuliner yang kami cari.  Penasaran, karena nama ini belum pernah kami dengar.  Penasaran wujud dan rasanya.

Sore hari kami mampir di Rumah Makan Goeboeak Ancak, Sungai Tarab, Batusangkar, yang menyediakan menu itu.

Begitu gulai itiak lado ijau datang, kami ber “oooo” begini toh wujudnya, masakan berbahan itik berbumbu sambal hijau.

Saya pikir bakal pedas banget, ternyata biasa aja kok pedasnya. Rasanya enak banget, apalagi kami menikmatinya dipinggir sawah saat senja, ah makin makin deh.

Untuk gulai itiak lado ijau, nasi, lauk lainnya, dan minuman 4 orang orang, kami membayar Rp. 118.000.

Menikmati Gulai Itiak Lado Ijau di pinggir sawah

Hari 4

Aia Kawa Daun

Hari keempat kami berkesempatan mengunjungi Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar, Desa Terindah di Dunia versi majalah Budget Travel.

Dengan judul World’s 16 Most Picturesque Villages pada tanggal 23 Februari 2012. Sebuah majalah pariwisata internasional terbitan New York.

Pantas memang disebut desa terindah, karena begitu sampai sini kami disuguhkan sungai yang berliku, sawah hijau terbentang, gunung menjulang berpayung awan, dan kamipun tidak tahan bernyanyi-nyani tentang Indonesia disini.  Indah.

Satu yang khas dari sini adalah aia kawa daun, teh dari daun kopi, rasanya memang beda dibandingkan teh dari pucuk daun teh, sahabat mesti mencobanya, agar tau bagaimana bedanya.

Aia kawa daun ini sangat pas dinikmati dengan pisang goreng, sambil memandang lukisan Tuhan di depan mata.

Aia Kawa Daun dan Pisang Goreng

Info dari bapak penjual teh ini, jadi pada zaman pendudukan penjajah Belanda, semua hasil bumi dari rakyat menjadi rampasan mereka untuk dibawa ke negaranya, termasuk kopi.

Karena rakyat tidak dapat menikmati biji kopinya, maka mereka membuat minuman dari daun kopi.

Dari sini belajar, ternyata hal-hal buruk itu tidak selamanya jelek, terkadang banyak hikmah yang terkandung.

Hikmah dari tidak bisa menikmat biji kopi malah menghasilkan minuman lain, yang sampai saat ini memperkaya kuliner Indonesia.

Rumah Makan Gulai Lauk Karang

Katanya mesti ke daerah bungus kalo ingin mencicipi gulai kepala kakap enak, kamipun tergoda dan akhirnya makan siang ke Rumah Makan Gulai Lauk Karang di Jl. Padang Painan Km 17 Padang (Bungus).

Begitu masuk, berbagai ukuran gulai kepala kakap dipajang di etalase rumah makan ini, kita tinggal memilih mau kepala kakap ukuran mana yang ingin kita santap.

Kami memilih kepala yang tidak terlalu besar, cukup untuk 3 orang.  Di meja seperti biasa sudah tersedia juga lauk-lauk lainnya.

Rumah Makan Gulai Lauk Karang tampak depan

Kepala kakapnya emang juara, ah surga banget rasanya bisa makan kepala kakap seenak ini (lebay mode on), balik lagi ya, bumbunya pas banget di lidah, ikannya gak ada rasa amis sama sekali.

Dan lebih terpesona lagi pas bayar, dengan nasi dan minuman 4 porsi, kepala kakap yang lumayan gede, ditambah lauk-lauk dan sayur yang kami makan, saya pikir akan habis diatas Rp. 200.000, tapi ternyata hanya habis Rp. 158.000.

Senangnya makan kenyang, enak, dan murah.

Kepala kakap dan kawan-kawannya

Apollo Seafood

Malam harinya pingin rasanya di Padang nyoba Seafood, akhirnya kami ke Rumah Makan Apollo Seafood di Jl. Hos. Cokroaminoto No.36 A, Kp. Pd., Padang Bar.

Rumah makan ini dekat dengan kami menginap, jadi kami memutuskan untuk berjalan kaki.  Ternyata cukup jauh juga, sampai berkeringat kami, hehe.

Sampai di Rumah Makan kami memesan 3 nasi, 2 es jeruk, 1 es tawar, cah kangkung, cumi saus padang, udang goreng tepung saus telor asin, dan tomyam.

Semuanya enak, dan yang paling kami suka adalah tomyam nya, isiannya gak pelit, cuminya banyak, udangnya juga, belum isian yang lainnya.

Kami makan lahap, sampe habis semua dan kekenyangan.  Niat mau lanjut ngopi di jembatan Siti Nurbaya pun akhirnya gagal, gak sanggup kami dan akhirnya setelah bayar memutuskan balik penginapan.

Oh iya, untuk pesanan kami itu harga yang dibayarkan adalah Rp. 216.150.

Hari 5

Warung Kopi Nan Yo

Karena ngopi di Padang belum kesampaian semalem, akhirnya sebelum kami ke bandara kami mampir dulu ke warung kopi Nan Yo di Jl. Niaga 205, Pondok.

Warung kopi sederhana yang ramai, kami duduk di sudut yang masih kosong.  Di meja tersedia jajanan pasar yang cocok dinikmati dengan kopi.

Kami memesan 3 jenis kopi, biar bisa mencicipi semua, saya kopi hitam, kedua sahabat saya memesan es kopi dan es kopi susu.

Warung Kopi Nan Yo tampak depan

Saya bukan pecinta kopi, jadi gak ngerti ya ini cara menjelaskan rasanya, tapi yang pasti kopinya berbeda dengan kopi sachetan atau kedai kopi pada umumnya, punya cita rasa sendiri pokoknya (ceilah).

Oh iya driver kami memesan kopi talua, kopi yang dicampur dengan telur.  Gimana rasanya? Nah ini nih yang masih peer, belum sempet coba teh atau kopi talua.

Selain kopi dan jajanan pasar, warung ini pun menyediakan makanan berat seperti sate padang, kwetiaw, lontong pical, dsb.

Akhirnya kami sekalian sarapan disini, biar gak bolak balik.  Untuk 5 gelas kopi (karena salah satu sahabat saya nambah), sepiring jajanan pasar, 1 porsi sate padang, 1 porsi lontong pical, 1 porsi kwetiaw, harga yang kami bayarkan Rp. 128.000.

Kopi dan Jajanan Pasar di Nan Yo

Kamipun Harus Kembali Pulang

Selesai makan, kami berkeliling Kota Padang lalu ke bandara untuk kembali lagi ke Jakarta.

Itulah pengalaman kami berkuliner di Sumatera Barat selama 5 hari, siapa tau bisa menjadi referensi sahabat saat berkunjung ke Sumatera Barat.

Tetap sehat, tetap kenyang, dan semoga bermanfaat.

by @ibhekti