Day 1

Sahabat inindonesiaku.com, ini adalah kali ketiga saya ber-Solo traveling.

Akhirnya kesampean juga jalan-jalan sendirian ke Negeri Laskar Pelangi.

Sebuah tempat cantik dan eksotis yang nongkrong dalam “my travel list” selama setahun.

Persiapannya hanya dua hari menjelang keberangkatan. Mulai dari pesen kendaraan sampai penginapan.

Kalau tiket pesawat sih sudah saya siapkan kurang lebih lima bulan sebelumnya. Memanfaatkan reward poin dari Garuda Indonesia.

Karena dari Bandung belum ada penerbangan langsung ke Belitung, saya ke Bandara Soekarno – Hatta.

Penerbangan saya jam 11.30 menuju Bandara Sultan Hanandjoedin Tanjung Pandan, Belitung.

Perjalanan Jakarta – Tanjungpandan ditempuh dalam waktu kurang lebih 40 menit tanpa halangan yang berarti,

sehingga sekitar jam 12.15 saya sudah mendarat dengan selamat di Bandara Sultan Hanandjoedin Tanjung Pandan.

Keluar Bandara, saya pilih taksi sharing cost dengan penumpang lain.

Transportasi

Di Belitung tidak ada taksi argo, jadi memang hanya ada taksi yang mobilnya minibus sejenis avanza, xenia, dan yang sejenisnya.

Ada juga angkutan umum (angkot), tapi jumlahnya teramat sangat terbatas. Bisa berjam-jam nunggunya.

Hanya sekitar sepuluh menit saya menunggu teman untuk sharing cost, eeh…sudah dipanggil pak supirnya.

Teman seperjalanan ini seorang bapak yang lagi ada urusan bisnis di Belitung, dan dia menginap di hotel Grand Hatika.

Searah dengan penginapan yang sudah saya booking.

Sepanjang perjalanan dari Bandara ke pengingapan, di Kanan kiri jalan saya melihat tanah gersang,

bekas penggalian timah yang masih menganga, dan jumlah rumah yang tak seberapa.

Saya menikmati betul suasananya.

Perjalanan dari Bandara Hanandjoedin ke penginapan hanya sekitar 30 menit, dengan kondisi jalan mulus dan tanpa ditemani kemacetan.

Penginapan Surya

Setelah 30 menit tersebut, sampailah saya di Penginapan Surya, yang ada di Jalan Depati Endek No. 10.

Saya memilih penginapan ini atas rekomendasi teman-teman backpacker Indonesia.

Katanya kalau traveling sendirian, apalagi cewek, lebih baik menginapnya di tengah kota yang ramai. Supaya aman.

Ya sudah, saya booking saja penginapan untuk 3 malam sekaligus.

Penginapannya sederhana, menempati lantai dua Gedung Toko Emas di kawasan Pecinan Tanjung Pandan dengan bangunan yang juga sederhana.

Meskipun sederhana, lokasinya benar-benar strategis. Nggak jauh dari bundaran Batu Satam dan pusat kuliner enak andalan Belitung.

Pokoknya sudah oke banget lah buat saya yang sendirian, dan ingin semua ditempuh pakai jalan kaki.

Cari makan gampang, cari tempat nongkrong gampang, dan….penginapan Surya hanya berjarak sepelemparan batu ke kantor Garuda Indonesia.

In case ada apa-apa dengan jadwal penerbangan saya, gampang kan ya larinya.  Nah, ini dia kondisi penginapan saya :

Fasilitas kamar

Saya memilih kamar VIP standar, yang fasilitasnya ada tempat tidur twin bed dan AC.

Kamar mandi memang di luar, tapi kondisi kamar mandi tersebut bersih kok. Airnya memang kuning.

Semula saya kira karena kotor, tapi ternyata, semua air di Belitung memang berwarna agak kekuningan, karena mengandung timah.

Kamar saya kebetulan tepat berada di depan mushala, jadi merasa aman dan tentram 😀 Harga sewa kamar per malam Rp. 120 ribu.

Kalau buat saya fasilitas segitu cukup, bisa untuk melepas lelah, sekaligus nyaman.

Karena memang tujuan utama saya adalah jalan-jalan di Belitung, bukan ingin diam di kamar.

Sampai di kamar, saya memutuskan untuk shalat, dan istirahat sebentar. Setelahnya, saya langsung cus ke Mie Atep Belitung yang tersohor itu.

Semula saya kira saya harus naik kendaraan untuk menuju ke Mie Atep tersebut.

Tapi ternyata cukup jalan kaki 3 menitan, sudah sampai deh di depan Warung Mie Atep.

Warga yang ramah

Enaknya lagi di Belitung, meskipun saya sendirian, nggak ditanya macam-macam.

Saya tetap bisa menikmati suasana tanpa harus menerima tatapan curiga dari orang sekitar.

Bisa motret sana-sini sepuasnya. Rata-rata orang Belitung bicaranya terdengar kasar kalau buat orang Jawa seperti saya.

Tapi sebenarnya, mereka baik-baik kok orangnya. Very Helpful dan terbuka menerima orang baru.

Kondisi warung siang itu tidak terlalu penuh, malah cenderung sepi.

Sehingga tak lama setelah saya memesan, sepiring mie atep dan segelas es jeruk kunci pun sampai ke meja saya.

Porsinya sedikit ternyata. Atau saya yang lagi kelaparan ya?  Sayang, rasanya agak kurang cocok di lidah saya. Kurang nendang.

Tapi nggak apa-apa deh, kan baru kuliner pertama. Masih ada 3 hari ke depan untuk berburu kuliner Belitung.  Solo Traveling ke Belitung? Siapa takut? – Part 1, a place to remember.

by Arum Silviani