Gunung Merbabu, Mendaki Ditemani Pemandangan Gunung Merapi
Sempat melihat postingan salah satu sahabat IDC mengenai Wisata Jawa Tengah.
Pendakian Gunung Merbabu ada rasa ingin kesana suatu saat nanti, dan akhirnya pada akhir Juli tahun 2016 kemarin salah satu sahabat mengajak mendaki Gunung Merbabu.
Keinginan yang sempat terlupakan muncul kembali ke permukaan. Tanya ke teman-teman yang pernah mendaki Gunung Merbabu, jawabannya sama.
Mereka kena badai di atas, jawaban itu sempat membuat saya berfikir lagi ikut atau nggak ya???. Berhubung yang ngajak keukeuh bange.
Akhirnya dengan mengucapkan basmalah saya putuskan untuk ikut mendaki Gunung dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut ini, haha.
Berangkat
Dari Stasiun Bandung menggunakan kereta api Lodaya jam 18.55 WIB menuju Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu tempat berkumpul teman-teman lainnya sampailah jam 03.58 WIB.
Sambil menunggu waktu berkumpul jam 08.00 WIB saya isi dengan beres-beres dan sarapan. Jam 08.00 WIB akhirnya kami berkumpul dan dijemput.
Pendakian Gunung Merbabu kali ini melalui Jalur Selo, sehingga dari Solo kami berangkat menuju Boyolali.
Kurang lebih jam 10an kami sampai di basecamp, disini kami membeli perlengkapan yang masih kurang, beres-beres barang, merapihkan ransel.
Dan menyelesaikan urusan pribadi lainnya sampai jam 11.30 WIB. Jam 11.45 kami mulai mendaki, sebelum mendaki kami narsis dulu di gapura awal pendakian.
Berdoa sudah, saatnya menapaki jalan menanjak di depan mata.
Perjalanan
Trek yang dilalui dari awal adalah jalan menanjak dengan kanan kiri pohon (iyalah namanya juga gunung, kalo kanan kiri air mungkin kita sedang berada di empang 😀 😀 :D).
1 jam pertama selalu jadi waktu terberat bagi saya menanjak, beban yang tidak ringan ditambah jarang olahraga menyebabkan nafas terengah-engah.
Sering berhenti untuk sekedar mengatur nafas, minum, dan tentu saja narsis. Perjalanan kali ini sedikit berbeda, karena dalam tim kami ada Om keren yang walaupun sudah berumur lebih dari setengah abad tapi stamina dan kecepatannya mengalahkan kami, generasi michin.
Om Afrizal namanya, Om Afrizal dulu waktu mudanya merupakan pecinta gunung, kemudian karena berkeluarga dan pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan menyebabkan si Om meninggalkan hobinya tersebut.
Setelah vacum hampir 20 tahun, akhirnya Om Afrizal mencoba menekuni kembali kegiatan nanjak menanjak ini. Melihat semangat Om yang luar biasa.
Menyebabkan kami yang muda-muda ini ikut bersemangat juga. Mendaki bareng Om Afrizal, kami tidak kekurangan camilan, karena di dalam tasnya berisi banyak camilan.
Sempet kami becandain, camilannya kok gak abis-abis ya Om, itu tas ajaib ya, haha.
Dan Om Afrizal jadi suplier gula merah bagi kami, gula merah yang digunakan untuk penahan lapar dan penambah stamina.
Jam 13.05 WIB
Kami sampai di Pos 1 Dok Malang, berarti jarak tempuh sekitar 1 jam 20 menit dengan jalan santai dan sedikit istirahat dari titik awal pendakian.
Saatnya beristirahat dan membuka perbekalan kami di tanah landai dan lapang sambil berbagi pengalaman yang telah kami lalui tadi.
Wajah yang tadinya segar sedikit terlihat lelah, tapi tetap kalo disuruh narsis, kami selalu tunjukkan wajah bahagia, haha. 30 menit kami istirahat di Pos 1 ini.
Setelah dirasa stamina kembali bugar, kami melanjutkan ke Pos berikutnya. Di 20 menit perjalanan kami sampai di Pos Kota, Simpang Macan, kami hanya melewati pos ini dan segera berlalu menuju Pos 2.
Jam 14.29 WIB
Kami sampai di Pos 2, saya tidak tahu ini termasuk waktu normal atau malah terlalu lambat ya :D, gak apa-apa pokoknya prinsipnya alon-alon asal kelakon dan semua happy.
Di Pos 2 kembali kami istirahat tapi tidak selama waktu di pos 1, 15 menit kemudian kami mulai bergerak kembali.
Dari Pos 2 ke Pos 3 trek lebih menanjak, kabut pun sering turun, harus tetap waspada jangan sampai terpisah dari rombongan, dan pengobat cape selain minum dan ngemil adalah berfoto ria.
Jam 15.22 WIB
Kami memasuki Pos 3 Batu Tulis, di Pos 3 ini alam serasa berusaha menghibur kami dengan keunikannya.
Saat kami sampai Pos 3 kabut mendekap kami, 15 menit kemudian kabut hilang digantikan dengan sinar matahari yang terik dan hangat.
Sedang asyik-asyiknya foto-foto kabut kembali mendekap erat, seraya berkata waktu bersenang-senang kalian telah habis.
Saatnya fokus lagi ke tujuan utama mendekati puncak. Khawatir kabut menjadi lebih pekat, TL kami mengajak kami untuk bergerak menuju Sabana 1 tempat dimana kami akan bermalam di Gunung Merbabu ini.
Jam 15.42 WIB
Kami berangkat menuju Sabana 1, di tengah perjalanan kabut seraya membuka tirainya menyuguhkan pemandangan cantik di seberang sana.
Pemandangan Gunung Merapi yang diselimuti awan lembut di sekitar puncaknya. Masya Allah, indahnyaaaaaaa, Tuhan tidak pernah habis-habisnya menampakan kebesaran dan karunia melalui alam ciptaan-Nya.
Momen ini tidak kami sia-siakan, sejenak kami duduk menikmatinya sambil minum dan kembali berfoto narsis. Tak ingin kemalaman, kami segera melanjutkan perjalanan, hingga jam 17.11 WIB kami sampai di Sabana 1.
Percaya atau tidak, disini dinginnya luar biasa, jangankan untuk menyentuh air untuk cuci tangan atau minum, bergerakpun rasanya kaku.
Menikmati Gunung Merbabu
Mendirikan tenda, foto-foto, berkeliling, memasak, makan dan ngobrol-ngobrol menjadi aktivitas kami dari sore ke malam hari.
Sampai akhirnya kami tidak kuat dingin dan kantuk sehingga memutuskan ke tenda masing-masing untuk tidur di bawah sleeping bag, mengingat badan sudah letih dan besok mesti bangun pagi juga untuk summit.
Udara yang begitu dingin menyebabkan tidur tidak terlalu nyenyak, sering terbangun karenanya. Jam 03.00 WIB kami bangun, dan mulai summit jam 03.30.
sepanjang perjalanan senter menemani langkah kami, jalan yang terus menanjak dan berpasir ditambah hembusan angin yang begitu kencang menyebabkan kami harus waspada dan terus bergerak, agar tidak beku kedinginan.
Jam 05.15 WIB
Akhirnya kami sampai Puncak Kenteng Songo, sudah banyak orang beraktivitas di atas sini. Dan yang saya lakukan menyendiri mencari tempat untuk Sholat Shubuh dan menanti sang fajar merekah jingga.
Matahari sudah mulai muncul, tapi rasa dingin belum mau pergi juga membuat saya malas bergerak, hanya duduk dan melihat matahari meninggi.
Tapi akhirnya untuk melupakan rasa dingin kami berfoto ria berlatar belakang matahari terbit dan Gunung Merapi dengan berbagai macam pose.
Selain puncak Gunung Merapi dari atas sini kita bisa melihat beberapa puncak gunung di Jawa Tengah (Sindoro, Sumbing, Lawu, Ungaran, Andong, dan beberapa bukit)
Berasa melihat lukisan :D. 1 jam 15 menit di atas sini kami memutuskan untuk kembali ke bawah, selain udara yang dingin, samudra awan di atas sini kurang cantik pagi ini (sedihnya).
Jam 06.35 AM
Kami mulai turun ditemani lagi-lagi oleh pemandangan Gunung Merapi (membuat saya membatin, suatu saat akan saya kunjungi kamu hai cantik :D),
Saat kami menuju bawah, ada kejutan yang Tuhan siapkan untuk kami, samudra awan yang kami nanti-nanti di atas ternyata kami temui di jalan menuju pulang.
Masya Allah, rejeki Tuhan itu memang tidak disangka-sangka, bisa datang kapanpun dan dimanapun, jangan pernah pernah putus asa dan berhenti berharap serta yakin.
Kesempatan ini tidak kami sia-siakan, ya apalagi selain mengabadikannya di memori otak dan kamera. Oke, udah ya foto-fotonya, saatnya kembali ke tenda.
Sesampainya di tenda kami makan dan beres-beres untuk kembali ke basecamp. Perjalanan dari tempat ngecamp ke basecamp lebih singkat 2 jam dari waktu nanjak, jadi banyak waktu buat istirahat dan beres-beres badan sebelum balik ke Solo dan lanjut ke Bandung.
Puas??? Iyaaappp, penanjakan Merbabu ini memberikan pesona dari awal hingga akhir pendakian. Gunung Merbabu, Mendaki Ditemani Pemandangan Gunung Merapi a place to remember.
by Ibhek