17 Agustus, Hari kemerdekaan Negara kita tercinta Republik Indonesia ini biasanya diwarnai dengan upacara pengibaran bendera,

yang dilaksanakan di sekolah-sekolah atau instansi pemerintahan dan swasta di penjuru wilayah Nusantara.

17 Agustus 2014 kali ini, saya dan beberapa sahabat inindonesiaku.com mencoba untuk mengibarkan bendera 17 Agustus di gunung.

Mengapa Papandayan yang dipilih? Mengingat beberapa diantara kami merupakan pendaki awal, yang sebelumnya belum pernah camping bahkan tracking ke gunung, jadi Papandayan yang dipilih.

Gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut,

memiliki rute yang tidak terlalu curam, dan relatif bersahabat, sehingga untuk pendaki pemula, Papandayan sangat cocok.

Memulai kisah

12.40 WIB, dari Pos I kami mulai melangkahkan kaki menuju bukit Salada, wilayah camping di gunung Papandayan.

Terik matahari di siang itu cukup membuat tenggorokan kami kering dan langkah kami gontai, tapi tidak menyurutkan semangat kami untuk terus melangkah.

Ditemani bau belerang yang kuat dan pemandangan yang indah, perlahan tapi pasti langkah kami semakin dekat dengan tujuan.

Pengalaman yang luar biasa buat saya, melangkah di terik panas matahari dengan beban logistik yang lumayan berat,

ada satu titik ingin rasanya saya menyerah, tapi rasa itu selalu tertepis seiring dengan semangat yang diberikan kawan-kawan kepada saya.

Seringkali kami istirahat dipayungi sinar matahari, tidak hanya sekedar membasahi tenggorakan, rehat ini kami gunakan untuk mengabadikan pemandangan indah yang disajikan sempurna.

Melapor di Pos II

14.30 WIB, kami sampai di Pos II, banyak sekali orang “berserakan” disini untuk melepas lelah, beberapa motor trail ikut bergabung dengan kami di bawah rindangnya pepohonan.

Saatnya melapor, di pos ini kami didata untuk check in di bukit Salada, bukan hanya di hotel, di gunungpun rupanya kita mesti check in, itu yang ada dipikiran saya saat itu.

Selain didata disinipun kami diberikan beberapa peringatan, salah satunya adalah jangan membuang sampah sembarangan,

bawa kembali sampah yang telah kita hasilkan saat bercamping dan laporkan kembali ke Pos II.

Peringatan yang mainstraim tapi kadang kita lupa dan tidak peduli terhadapnya, perlu diingat alam bukan tempat sampah raksasa ya sahabat,

mari kita jaga kelestariannya untuk anak cucu kita kelak.

Menuju Bukit Salada

15.10 WIB, istirahat usai saatnya kembali melanjutkan tujuan kami menuju bukit Salada.

Perjalanan dari Pos II ke bukit Salada ini lebih bersahabat, pohon rindang memayungi kami dari teriknya matahari,

hingga tanpa terasa akhirnya kami sampai di wilayah camping di gunung Papandayan.

Tanah lapang yang ditumbuhi edelweiss, membuat saya ingin sekali berlari dan memetik edelweiss nya.

Tapi ingat, cukup dinikmati dengan mata atau lensa kamera saja ya.

Banyak belajar dari kegiatan mendirikan tenda

15.45 WIB, ayo mendirikan tenda, sempat terpesona melihat sahabat yang berusaha mendirikan tenda, banyak hal yang dipelajari.

Mulai mencari tempat yang nyaman, arah mendirikan tenda harus kita sesuaikan dengan arah angin, sampai merakit tenda dari bagian satu dengan bagian lainnya.

Pengalaman pertama yang tak terlupakan.  Tenda akhirnya berdiri, saatnya membenahi barang-barang bawaan, dan mengeluarkan logistik makanan.

Mengambil air di sumber mata air, dan mencari kayu bakar menjadi aktivitas kami sebelum malam datang.

Makan malam ditemani api unggun

Tak terasa si cacing-cacing dalam perut bergerak-gerak meminta disuapi makanan, masak menjadi salah satu cara untuk mendapatkan makanan.

Makanan pun siap, kami menggelar matras dan menyalakan api unggun di depan tenda.

Makan ditemani hangatnya api unggun dan kilauan bintang-bintang di langit merupakan sensasi tersendiri, terus bersyukur dalam hati diberikan kesempatan seperti ini.

Cukup ya, saatnya tidur, supaya besok bisa bangun pagi untuk mengejar sunrise cantik di atas sana.

Sunrise sempurna

04.00 WIB, awal langkah kami menuju Tegal Alun, tanah datar yang diselimuti tanaman edelweiss.

Cantik dan indah, itu kesan kami pertama kesini, ditemani sunrise di atas awan bersama kami mengabadikannya.

Puas menikmati sunrise di Tegal Alun, saatnya menuju Hutan Mati.  Disini kamipun tak henti-hentinya dibuat terkagum-kagum dengan pesona indah sunrise Papandayan,

tak lupa dengan tujuan kami mengibarkan bendera merah putih disini, kami pun satu persatu mengibarkan bendera dan tak lupa pose cantik untuk diabadikan.

Maha sempurna ciptaan Tuhan YME, dimanapun kita berada, DIA tak pernah berhenti memberikan keagungan-Nya.

Mata dan lensa kamera sudah cukup dimanjakan, saatnya memanjakan perut.  Kembali ke tenda untuk memasak, selesai masak dan sarapan, kami ikut serta upacara bendera di bukit Salada.

Upacara sederhana yang bermakna, mengajarkan kembali arti pentingnya alam bagi kita.

Seiring usainya upacara, usai pula pengalaman kami di Papandayan, saatnya kembali ke realita kehidupan dengan segudang pengalaman.  Gunung Papandayan, Sunrise sempurna di Atas Awan, benar benar a place to remember.

 by @ibhekti