Ibu Dasimah, Kartini Masa Kini di Ujung Bukit

Ibu Dasimah. Demikian beliau kerap disapa. Seorang wanita sederhana yang tinggal di sebuah desa berpanorama menawan di Wilayah Kabupaten Bandung Barat.

Sebuah desa yang meskipun terletak tak terlalu jauh dari kota, namun memiliki medan yang cukup sulit untuk dijangkau. Kampung Cisaroni, demikian orang menamakannya.

3_Desa Cisaroni
Desa Cisaroni

Mengenalnya

Saya mengenalnya di tahun 2011, dimana saat itu sekali bertemu saya langsung merasa nyaman jika ngobrol dengannya. Kala melihat sosoknya, anda mungkin akan menebak kalau Ibu yang satu ini sama dengan ibu-ibu yang lainnya.

Mengurus rumah tangga, mengurus anak, dan membantu suami bekerja di ladang. Tak salah memang, namun ketika anda mengenalnya lebih dekat, anda akan tercengang dengan kiprah dan kehebatannya membangun desanya.

Meskipun hanya lulusan SMP dan tak mahir berbahasa Indonesia, wanita berusia 50an ini berhasil membuat program-program hebat, khususnya bagi para petani dan peternak sapi pesusu di daerahnya.

Dengan segala keterbatasan pengetahuannya, ibu Dasimah membuat proposal sederhana agar desanya diberikan bantuan. Tak hanya sekali beliau mengirimkan proposal.

Tetapi berkali-kali, hingga akhirnya harapannya terjawab. Bantuan pun mulai berdatangan. Tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga hibah luar negeri dan bantuan Presiden RI didapatkannya.

Peternakan Cisaroni
Ibu Dasimah dan Cucu

Karena keuletan dan sikap pantang menyerahnya untuk memberdayakan warga desa, tak salah jika pemerintah setempat memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi ketua kelompok Tani Ternak Sapi Perah Sukatinggi.

Mahir melihat potensi

Selain amanah, ibu Dasimah juga mahir melihat potensi yang dapat dikembangkan di daerahnya. Melalui ibu Dasimah, kerjasama dengan Koperasi Peternak Susu Bandung Utara terjalin baik.

Sehingga para peternak sapi di Kampung Cisaroni boleh menarik nafas lega karena biaya pemeriksaan dan perawatan sapi mereka ditanggung oleh KPSBU.

Tak jarang pula ibu Dasimah diundang ke acara-acara bergengsi, baik untuk mengikuti pelatihan maupun menjadi narasumber “best practice” pengelolaan peternakan sapi pesusu.

Melalui usahanya pula, limbah kotoran sapi di peternakan yang dikelolanya bersama warga dapat dimanfaatkan menjadi biogas.

Setelah bekerjasama dengan pihak swasta di tahun-tahun sebelumnya, tahun 2016 desa Cisaroni kembali mendapatkan bantuan seperangkat reaktor Biogas dari Politeknik Negeri Bandung.

Dengan adanya bantuan tersebut, warga yang tinggal terpisah dari pusat desa pun dapat menikmati biogas yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Bantuan Biogas dari Politeknik Negeri Bandung
Ibu Dasimah saat memberikan pengarahan kepada Mahasiswa

Tak berhenti sampai disitu. Ibu Dasimah juga turut mempersiapkan generasi muda di sekitarnya dengan membekali mereka pengetahuan agama.

Setiap harinya, setelah selesai memerah susu di sore hari, ibu Dasimah bersama putrinya, juga beberapa guru mengajar mengaji di mushalla yang terletak menyatu dengan rumahnya.

Murid mengajinya ini tak hanya berasal dari kampungnya. Tetapi juga 2 kampung di sekitarnya, sehingga jumlah muridnya kini mencapai 80an orang. Mulai dari anak-anak umur 3 tahun hingga remaja SMP.

Menjadi Kartini tak harus berlatar belakang pendidikan tinggi. Ketika pikiran, raga, dan jiwa menyatu dengan tulusnya hati, maka tak ada yang tak mungkin. Mengutip kata-kata Ibu Dasimah,

“Hidup ini hanya sebentar. Lakukan apa yang bisa kita lakukan. Berusaha sekuat yang kita mampu sehingga keberadaan kita membawa manfaat buat masyarakat di sekitar.”

by Arum Silviani

1_Ibu Dasimah
Ibu Dasimah