Akhir Oktober 2018 tepatnya tanggal 28, saya dan 5 sahabat IDC diberikan kesempatan untuk berkunjung ke Kampung Naga.
Salah satu tempat yang kami kunjungi saat trip ke Kota Tasikmalaya.
Berangkat agak siang dari Kota Tasikmalaya karena paginya melayat terlebih dahulu ke salah satu sahabat kami yang meninggal di Garut, kami mulai menuju ke Kampung Naga dari parkiran jam 12.30 WIB.
Pemandu cantik nan ramah
Detty namanya, salah satu kawan dari sahabat IDC yang merupakan anak dari kuncen Kampung Naga, menjadi pemandu kami selama mengexplore Kampung Naga.
Gadis cantik nan ramah ini, telah tinggal diluar Kampung Naga dari kecil bersama orangtuanya, bersekolah dan berkuliah selayaknya gadis pada umumnya.
KTP nya masih beralamat di Kampung Naga, karena memang keluarganya masih memiliki rumah di Kampung Naga.
Setiap minggu Detty dan orangtuanya datang ke Kampung Naga untuk menengok rumahnya, yang kemarin menjadi tempat kami beristirahat di Kampung Naga.
Cerita dari Kampung Naga
Di tengah terik matahari kami mulai menuju Kampung Naga dari parkiran, ditemani si cantik kami menapaki setiap turunan tangga.
Lalu sayapun menanyakan, sebenernya kenapa sih dinamakan Kampung Naga? Kemudian Detty menjelaskan, sebenarnya tidak ada penamaan khusus, Kampung Naga dinamakan tersebut karena letak Kampung yang “nagawir”.
Na Gawir dalam bahasa Sunda berati Na = Dina, yang berarti menunjukkan sebuah benda atau tempat, Gawir = lembah, jadi Kampung Naga adalah Kampung yang terletak di lembah.
Kami pun cuma bisa ber “ooo” dikirain dulu pernah tinggal naga di kampung ini, makannya dinamain Kampung Naga.
Rumah di Kampung Naga
Kampung Naga didiami oleh 108 Kepala Keluarga, yang menempati rumah yang hampir serupa.
Rumah disini terbuat dari bilik bambu dengan atap jerami, memanjang ke samping dengan letak pintu yang hanya terdapat pada bagian depan.
Informasi yang didapat, agar rejeki yang masuk dari pintu rumah tidak keluar lagi melalui pintu belakang, makannya hanya ada pintu di bagian depan rumah.
Rumah terbagi menjadi 3 bagian, bagian kanan rumah merupakan ruang tamu, bagian kiri rumah merupakan dapur dan ruang kecil sebagai gudang makanan, bagian belakang merupakan ruang tengah dan ruang tidur.
Di Kampung Naga ini tidak ada kamar mandi atau toilet di areal pemukiman, karena dianggap hal yang kotor.
Jadi kamar mandi dan toilet bisa kita temukan di luar mengelilingi areal pemukiman, kalo menginap disini jangan khawatir, karena letak kamar mandi tidak terlalu jauh dari rumah.
Tidak ada listrik dan kompor
Di Kampung Naga tidak ada ritual khusus seperti kampung adat lainnya, semua berjalan normal, penampilan, upacara pernikahan, upacara kematian, khitanan semua dilaksanakan mengikuti adat sunda pada umumnya.
Tapi ada waktu yang biasanya mereka berkumpul di Masjid membawa tumpeng dan memakannya bersama-sama, salah satu waktu tersebut biasanya saat Idul Fitri dan Idul Adha.
Disini tidak ada listrik yang masuk ke kampung, begitupun dengan kompor minyak maupun kompor gas.
Penerangan melalui lampu petromax, dan masak masih menggunakan tungku berbahan bakar kayu.
Track ke Kampung Naga
Jika akan kesini siapkan alas kaki yang nyaman ya sahabat, karena jalan ke Kampung Naga kita akan melewati ribuan anak tangga.
Saat menuju Kampung Naga, tangga menurun yang akan kita lewati, dan saat kembali tangga menanjak yang akan kita lewati.
Jangan khawatir lelah, karena ada pemandangan indah yang menemani kita, ada warung-warung souvenir dan makan juga untuk sekedar melihat atau tempat melepas lelah.
Dari kejauhan Kampung Naga sudah terlihat, kumpulan rumah Sunda tradisional dikelilingi sawah dan pepohonan. Asri banget.
Menikmati makan siang di Kampung Naga
Setelah 20 menit kami berjalan dari parkiran, akhirnya sampai juga ke rumah Detty. Rumah yang bentuknya sama seperti rumah di Kampung Naga pada umumnya.
Leyeh-leyeh dulu di depan rumah, sambil melihat Bapak Ibu yang sedang bekerja menjemur gabah, sampai kami dipanggil untuk makan.
Begitu masuk rumah, terpampang makan siang di ruang tamu. Ah menggiurkan sangat, ada lalapan, sambal, dan lauk pauk khas sunda.
Tanpa berlama-lama kami pun menyantap hidangan yang disediakan, duh duh, rasanya juara banget. Sampai nambah kami (ini laper apa doyan ya, haha).
Menjelajah Kampung Naga
Selepas makan dan sholat, Detty mengajak kami untuk berkeliling ke Kampung Naga. Detty mewanti-wanti, semua bangunan boleh didokumentasikan, tapi jangan memdokumentasi bangunan yang berpagar bambu itu ya.
Kami pun penasaran, emang kenapa? Detty menjelaskan, bangunan tersebut merupakan tempat pusaka Kampung Naga diletakkan.
Tidak sembarangan orang dapat masuk kesitu, bahkan katanya Ibunya yang memang lahir dan besar di Kampung Naga pun belum pernah masuk kesitu.
Kalo kita bandel? Terima konsekuensinya kata Detty, beberapa diantaranya ada yang kesurupan atau alat yang dipake memfoto tiba-tiba rusak.
Ngeri juga ya, mending manut aja deh. Dinikmati lewat mata, dan disimpan di memori otak. Sahabat yang mau lihat langsung, silahkan datang kemari.
Apa Saja yang dapat dilakukan di Kampung Naga?
Selain foto-foto dan menikmati alam serta kearifan Kampung Naga, disini kita bisa membeli souvenir hasil buatan warga Kampung Naga.
Ada kerajinan dari bambu, rajutan, dan yang kemarin sempat kami datangi adalah kerajinan bambu berupa gelas yang dibuat oleh seorang kakek.
Kami ngobrol-ngobrol bersama kakek, tawar menawar harga, dan tidak lupa berfoto bersama. Kakek ramah banget, sehat terus ya kek, tetep bahagia.
Beres berkeliling, ternyata di depan rumah Detty banyak anak-anak yang bermain bola, bagi yang ingin berbagi boleh banget.
Sambil ngopi cantik, kami melihat mereka bermain bola dan sedikit menggodanya, sampai membuat video bersama.
Bagaimana kalo ingin kesini dan menginap?
Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya dan Garut.
Jangan khawatir nyasar, karena dari pinggir jalan pun sudah terlihat tugu/plang Kampung Naga.
Sesampainya di parkiran, akan kita temui guide-guide memakai pangsi (pakaian adat sunda) yang siap mengantar kita mengexplore Kampung Naga.
Kalo ingin menginap, tanyakan saja ke guide tersebut, rumah warga mana yang bisa disinggahi untuk menginap. Karena memang disini tidak ada rumah khusus yang disewakan.
Jadi kita akan menginap bersama warga Kampung Naga di rumahnya.
Saatnya Kembali Membawa Cerita
Hari sudah semakin sore, saatnya mengucapkan selamat tinggal untuk kampung yang telah membekali kami cerita.
Suatu saat kami akan kembali untuk menikmati heningnya malam tanpa listrik di Kampung Naga.
Kampung Naga, a place to remember.
By @ibhekti