Kuliner Malang, Tour De Suka-Suka (Part 2)

Malang dan Kota Batu memang menawarkan begitu banyak keramahtamahan, dan sebut saja keramahtamahan untuk pecinta kuliner.

Rasanya berat badan bisa bertambah seketika saat mengunjungi kota ini. Cuaca yang cenderung dingin, seolah tahu bahwa perut tidak boleh dibiarkan “kosong”.

So, what else to eat after that ice cream, ci? Nah setelah ber Kuliner Malang, Tour De Suka-Suka (Part 1) dan setelah berjalan-jalan ke Jatim Park 2;

iya balik lagi ke Batu, karena hujan di hari sebelumnya membuat saya tidak memungkinkan mengunjungi Jatim Park, diantar seorang teman sekaligus guide lokal.

Menikmati Kuliner Malang

Saya diajak menikmati hidangan anak kampus. Faktor lapar, kehujanan, serta perjalanan yang cukup melelahkan membuat saya rela makan apa saja (lah kan pada dasarnya memang tukang makan apa aja).

Mampir ke sebuah kedai dekat kampus, saya menikmati makanan khas rumahan Lele Bakar dengan segala lalapan dan aneka macam sambal. Naaah yang bikin unik makan di “Warung Mbok Judes” ini adalah nasi, lalapan, serta sambalnya kamu bisa ambil sesuka hati.

Sebagai tambahan saya juga memesan gorengan tempe-tahu dan ceker. Memang konsepnya pas dengan mahasiswa kan ya, yang suka memperbanyak karbohidrat aja jelang tanggal tua.

Siapa yang gak senang coba, kalau di tanggal tua, makan di sini bisa mulai dari 10k saja, tergantung protein apa yang kamu pilih.

Iiih, kalau sistem makannya gitu, enak gak sih makanannya? Tenang, rasa dijamin gak bakal mengecewakan. Pilihan sambal banyak, serta lalapan juga segar. Balik lagi? why nut, kenapa kacang.

Lanjut yuk – Kuliner Malang

Ke tujuan kuliner berikutnya. Nah di malam terakhir di Malang ini 2 orang bidadari cantik yang sungguh luar biasa.

Umik Sasha dan Dince, bersedia diajak nongkrong. Hihihi. Kali ini hengot di kedai kopi mungil tapi nyaman, Java Dancer Coffee.

Java Dancer Coffee ini cukup terkenal dan biasanya menjadi salah satu tujuan turis atau wisatawan asing loh. Consider aja saya turis tiongkok (udah sering dianggap turis asing, kalau lagi jalan ke tempat wisata *smug*), hahahaha.

Pilihan tempatnya luar biasa ketje, dengan penerangan yang sedikit redup, menambah suasana romantis kota Malang yang saat itu hujan berkepanjangan. “Mba aku pesan kopi yang direkomendasikan aja”, ujar saya setelah sang pelayan menanyakan ingin menikmati apa saya malam itu.

Setelah melalui pertimbangan, mengukur bobot, bebet, dan bibit, akhirnya pilihan jatuh pada “Single Origin Sumatra Mandheling Arabica coffee” by Java Dancer.

Masih kepikiran deh, kenapa ya namanya Java Dancer. Well, nuansa Jawa, ukiran kayu khas memang ditampilkan di kedai kopi ini. Besok kalau balik lagi harus nanya pokoknya, kenapa, dan kenapa.

Yakin saya Cuma pesan kopi hitam doank?

Pasti sebagian besar atau 99 persen dari kalian gak percaya, kalau cici gak pake makan. Hhhhmmm, selalu dan selalu tergoda pokoknya.

Menikmati malam bertiga dengan 2 wanita ketje, kami memutuskan memesan Tahu Crispy dan thin-crust-pizza yang enaaaaaaaaaaaak.

Lalu pesanan selanjutnya 2 gelas hot chocolate (sweet and bitter sensation), dengan marshmasllow. Pas banget untuk malam hari yang sebenarnya cocok untuk kemulan di dalam kamar.

Malam terakhir saya di kota Malang istimewa sekali, berbincang panjang lebar dengan wanita-wanita hebat. Tapi pertemuan akhirnya pun harus diakhiri.

Setelah membayar semua pesanan kami yang sekitar 200k, waktunya pulang. Sudah jelang tengah malam pula. Terima kasih kalian telah mewarnai malam ini dengan demikian cantik.

Hihihi. Mulai terharu lagi, karena ternyata kebaikan itu gak akan pernah habis kalau  kita memang mencarinya, atau bahkan kebaikan itu bisa datang dengan sendirinya. Yup, itu salah satu hasil dari perbincangan kami malam itu.

Kalau sudah malam terakhir, berarti pagi berikutnya juga menjadi hari terakhir saya di kota Malang. Tapi masih gak kehabisan ide donk, untuk menikmati kuliner apa di hari ini.

Di luar nasi pecel atau makanan rumahan lainnya yang saya makan di sekitar penginapan. Selama berada di kota Malang, saya ternyata juga menikmati berkeliling untuk sekedar melangkahkan kaki lebih jauh.

Jasa Pengantar online – Kuliner Malang

Hanya untuk mencari apa lagi yang bisa membuat perut saya bahagia. Di hari terakhir saya memilih menggunakan jasa ojek online, yang akhirnya saya sewa untuk beberapa bepergian di pagi hari.

Sarapan pagi ini dipersembahkan oleh Depot Hoklay, yang menyajikan hidangan khas semarang, dan tak jarang menjadi tujuan wisata kuliner oleh turis.

Pilihan makanan saya jatuh pada cwi-mie malang dengan pangsit goreng, serta fosco yang juga menjadi icon Depot Hoklay. Berkat si bapak Gojek saya gak perlu repot nyari alamat, tinggal duduk santai sebagai penumpang. Santai!!!

Saya bukan penggemar Mie ayam atau mie jenis apapun, agak pemilih kalau terkait makanan berbahan dasar mie. Tapi cwimie di sini cocok di lidah saya.

Tapi sayang cuma dinikmati sendirian, soalnya si bapak Gojek diajak makan bareng, menolak dengan halus. Ahahahaha.

Minuman

Untuk menu minuman saya memilih Fosco, yang sering diperbincangkan mereka-mereka di dunia maya. Penasaran juga rasanya kayak apa. Yang bikin unik, fosco ini dikemas di dalam botol kaca minuman bersoda tersohor di dunia. Enak?

Hhhmmm, lets say its not my favourite drink in Malang. Dengan ingredients sederhana yakni susu cokelat dan soda, yang dishake jadi satu, dimasukkan botol, dan disajikan kepada mereka yang memesan.

Oh iya, after a long time, ini soda pertama yang saya minum. Masih banyak menu makanan lain yang mereka sajikan, namun prinsip save tummy for later, masih saya terapkan. Hihihi.

Sarapan saya kali ini berkisar di 35k saja. Lalu langsung #elusperutketjil ,dan senyam-senyum karena lagi-lagi makan.

At the end, saya harus mengucapkan sampai jumpa kembali kota Malang. Terima kasih atas segala keramahan yang ditawarkan.

Kunjungan pertama yang cukup berkesan ini, membuat saya dengan pasti akan mengadakan kunjungan untuk kali kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Salam piknik!!!  Kuliner Malang, Tour De Suka-Suka (Part 2), a place to remember

 By Selvi Anggrainy