Bulan Mei 2016 akhirnya datang juga! Bulan yang saya nanti-nantikan sejak Oktober tahun lalu, bulan dimana terdapat dua tanggal merah berdekatan. Yah, selalu begini, merencanakan minimal satu perjalanan panjang ditahun depan dengan memanfaatkan hari-hari kejepit. Dan cuti sudah diajukan, saya mau pergi ke Labuan Bajo.

Meski dengan berbekal informasi yang minim mengenai Labuan Bajo, sampailah saya ditengah-tengah sahabat inindonesiaku.com melakukan sebuah “Open Trip” dengan konsep sailing 4H3M dari Lombok menuju Labuan Bajo.

Satu hari sebelum jadwal Sailing, saya meluangkan waktu bersama beberapa sahabat inindonesiaku di kota Mataram untuk berkenalan lebih dekat.

Pada open trip ini sebagian dari kami belum kenal satu sama lain, hanya beberapa kali bertegur sapa lewat whatsapp group sebulan sebelum keberangkatan.

Sebagian dari kami yang tiba lebih dulu di Lombok menginap di hotel yang sama, yaitu hotel Mataram. Hotel ini letaknya dekat sekali dengan salah satu mall, Mataram Mall. Saat naik taksi menuju hotel, kami sempat melewati mall ini. Untuk ukuran di Jakarta mall ini kami bilang mirip-mirip ITC ya, bangunannya pun bukanlah bangunan baru.

Tiba dihotel setelah check-in kami diantar menuju kamar yang letaknya dilantai dua dan posisinya dibagian belakang gedung ini. Terasa agak jauh dari Lobby hotel, tapi setelah melihat isi kamarnya yang terletak di pojok, rasanya tak apalah.

Kamar ini cukup besar dan nyaman. Setelah meletakkan tas dikamar, kami pun segera beranjak untuk mencari makan siang, karena waktu sudah menunjukkan tepat jam 12.00 WITA.  Kami saling sepakat untuk tidak mengunjungi pantai dan sebagainya selama di Lombok ini karena ingin memaksimalkan perjalanan Sailing yang dimulai esok hari.

Rekomendasi beberapa sahabat Inindonesiaku di Jakarta, kami disarankan untuk mencoba Nasi Balap Puyung Inaq Esun yang terkenal enak dan merupakan makanan khas Sasak, Lombok Tengah sebagai menu makan siang hari ini.

ARTI NAMA NASI BALAP PUYUNG

Bicara mengenai warung nasi ini merupakan milik turun temurun dari Inaq Esun, yang baru saja ditahun 90’an diberi nama nasi balap puyung konon ceritanya dikarenakan salah satu cucu dari Inaq Esun yang seringkali memenangkan perlombaan balap disetiap kali menang biasanya dia membawa teman-temannya untuk makan di warung kecil milik neneknya yang berada di desa Puyung. Sehingga tercetuslan nama “Nasi Balap Puyung”.

Dalam perkembangannya banyak masyarakat Lombok yang menjajakan makanan sejenis dengan menggunakan titel “Nasi Balap Puyung”. Ragam cerita dibalik nama dari jenis makanan cepat saji ini, membuat saya semakin tertarik untuk mencicipi kelezatan nasi balap puyung ini.

Sekilas nasi balap puyung tampak seperti jajanan nasi lainnya yang mungkin pernah kita jumpai dibelahan kota lain. Seperti nasi pecel, nasi jamblang, nasi liwet, nasi rames, dan jenis makanan nasi lainnya yang beralaskan daun pisang.

CIRI KHAS NASI BALAP INAG ESUN

Yang membuat khas adalah adanya kacang kedelai dalam olahan ayam suwir bersama racikan sambal sederhana khas Inaq Esun yang luar biasa seakan menendang lidah, dan membuat sensasi ketagihan akan rasa pedasnya.  Demikian sejarah singkat dari Nasi Balap Puyung Inaq Esun yang tak sempat kami cicipi.

Yaaaa!!! tak sempat kami cicipi dikarenakan supir taksi yang kami sewa tak tahu dimana tepatnya warung Inaq Esun yang berada di jalan Sriwijaya.

Saat itu kami membiarkan diri kami turun dari taksi di seberang Lombok Epicentrum Mall dengan kondisi lapar yang tak tertahankan mencari dimanakah warung Nasi Balap Puyung Inaq Esun berada.

Menyusuri jalan Sriwijaya tidaklah mudah, ada perbaikan jalan dibarengi signal handphone yang tak bagus, google maps tak berfungsi. Hahaa istimewa. Sampai pada akhirnya saya dan sahabat Inindonesiaku memutuskan untuk mampir dan makan saja di warung makan pinggir jalan tepat di seberang mall, karena kami melihat pengunjungnya cukup ramai, dan mereka terlihat lahap sekali menyantap makanan yang dihidangkan. Kami memesan sejenis nasi rames, menu yang saya pesan; Nasi Plecing kangkung, bakwan jagung, dan ikan disambelin.

Wow… cukup bikin lidah menggelinjang lewat sensasi pedas dari sambal plecingnya. Enak, murah, dan mengenyangkan. Cukup sederhana. Di tempat ini pula kami bertemu dengan dua orang sahabat Inindonesiaku yang tinggal di Lombok Tengah yang  juga tengah menikmati hidangan ini dan kami pun berkenalan. Dan kami sempat saling bertukar cerita sampai tiba waktunya mereka beranjak dan berpamitan untuk kembali beraktifitas.

Gagalnya nasi balap puyung Inaq Esun, mengantarkan kami kembali pada kesederhanaan rasa. Rasa dari nasi rames plecing kangkung yang tak ada namanya pun bisa menyamakan sohornya Kuliner Mataram, Gagalnya Nasi Balap Puyung Inaq Esun ditengah kebersamaan saya dengan beberapa sahabat Inindonesiaku.

By: cha_oel