pabrik tegel lz
Pabrik Tegel LZ (Ubin)

Nah, melanjutkan Perjalanan Lasem – Awal Bikin Kesengsem (Part 2) mari kita menuju beberapa destinasi menarik lainnya. Pertama kita ke Pabrik Tegel atau rumah Tegel yang menjadi salah satu destinasi wisata di Lasem yang berlokasi tidak berjauhan dengan Masjid Jami Lasem. Mengapa? Karena ternyata rumah Tegel ini memiliki sejarah, dan rumah Tegel ini bisa dikatakan sebagai bangunan kuno. 

Day 1 – Lanjutan Perjalanan Lasem

Perjalanan Lasem ke Rumah Tegel LZ

Memasuki gerbang pabrik/ rumah tegel ini kita akan disuguhi beberapa motif tegel/ubin yang menjadi ciri khas produksi mereka.  Ketika memasuki bagian dalam rumah tegel akan banyak lagi menemukan motif-motif ubin kuno.

Dahulu rumah tegel ini milik seorang kapitan Lasem yang bernama Lie Thiam Kwie. Beliau seorang pengusaha tegel yang membawa pabrik tegel ini mencapai masa kejayaannya hingga terkenal ke berbagai daerah.

Bersama sahabat IDC

Dan dikarenakan peralatan yang digunakan untuk produksi tegel disini diimpor dari salah satu kota di Jerman, maka nama pabrik tegel ini pun dinamai sama, yaitu pabrik ubin/tegel LZ yang berarti Leipzig, nama suatu kota industri di Jerman.

Bagian belakang diantara rumah dan pabrik terdapat satu taman yang sayangnya sudah tidak terlalu terurus. Suasana taman tersebut sangat sejuk karena ditanami berbagai macam tumbuhan. Salah satunya pohon mangga yang sangat tinggi, dan kami disuguhi buah mangga tersebut oleh sang pemilik generasi ketiga dari pabrik tegel tersebut.

Beruntung sekali ketika kami kesana, beliau sedang ada dipabrik sehingga kami sempat berbincang-bincang tentang sejarah pabrik tegel ini. 

Sayangnya karena tergerus oleh jaman, pabrik tegel sudah tak sejaya dulu bahkan sudah beralih fungsi tidak lagi memproduksi tegel tapi memproduksi paving block.   

Oya, di pabrik tegel ini juga tersedia penginapan yang disewakan, jadi buat sahabat yang mencari alternatif penginapan, bisa juga menginap disini. 

Perjalanan Lasem ke Pondok Pesantren Kauman

Pondok Pesantren Kauman merupakan satu-satunya pesantren yang ada di kawasan Kauman, Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.  Kawasan ini merupakan kawasan pecinan karena jumlah penduduknya mayoritas keturunan Tionghoa. 

Keberadaan pesantren ini di tengah komunitas non muslim merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi pengelola pesantren.  Namun demikian, meskipun berada di lingkungan yang kontradiktif, toleransi sosial agama di junjung tinggi oleh warga pesantren maupun penduduk sekitarnya.

Kami berfoto di area pondok pesantren Kauman

Sifat saling menghargai kebebasan beragama, kemajemukan dan hak asasi, mendasari terciptanya lingkungan yang kondusif. Perilaku sikap toleran terhadap tetangga yang sering diajarkan dan dicontohkan pengasuh, menjadi filosofi tersendiri bagi santri. Sehingga tidak mengalami kendala untuk berinteraksi dengan masyarakat sekelilingnya.

Perjalanan Lasem ke Rumah Oma dan Opa

Mungkin saat ini bisa disebut rumah Opa aja karena kabarnya Oma sudah wafat pada tahun 2017 lalu. Rumah Oma dan Opa ini merupakan salah satu potret rumah tertua yang ada di Lasem, setua Opa Lo yang sudah berusia 90-an yang menghuni rumah ini.  Rumah Opa berlokasi di Dusun Karangturi Lasem, masih di Dusun yang sama dengan lokasi Rumah Merah.

Memasuki rumah ini, nanti sahabat akan disambut oleh gonggongan dua ekor anjing penjaga. Lalu kemudian disambut seorang perempuan tua bernama Mbak Minuk.  Mba Minuk ini adalah sosok perempuan yang menjaga dan menemani keseharian Opa Lo, mereka bukan pasangan suami istri.  Mba Minuk sendiri sudah mengabdi pada keluarga Opa sejak tahun 1977, sewaktu Opa masih bekerja sebagai sopir truk.

Memasuki bagian dalam rumah, kita akan menemukan barang-barang yang sudah tua dan usang yang menandakan bahwa memang rumah ini adalah rumah tua.  Seolah kembali ke masa lalu melewati lorong waktu, bahkan mungkin beberapa barang yang ada bisa menjadi saksi bisu atas cerita yang ada didalamnya.

Perjalanan Lasem ke Klenteng Poo An Bio

Klenteng ini dibangun sekitar tahun 1740. Pada zaman itu, pasca mendaratnya Laksamana Cheng Ho, warga Tiongkok mulai menyebar ke daerah Karangturi atau lebih tepatnya berada di sebelah selatan jalan pantura Lasem.

Kelenteng Poo An Bio ini warna bangunannya dominan warna merah. Karena warna merah didalam kepercayaan Konghucu dipercaya melambangkan kegembiraan, kebahagiaan, kesejahteraan. Didepan kelenteng Poo An bio ini terdapat deretan lampion yang indah dan dua patung singa yang konon dapat menghalau keinginan jahat dalam ajaran Konghucu.

Sayangnya ketika kami tiba di klenteng ini, hari sudah menjelang sore sehingga kami tidak bisa memasuki bagian dalam Klenteng, hanya sempat berfoto dibagian depan klenteng.

Perjalananan Lasem ke Watu Layar

Tempat ini berada atas pinggir jalan pantura, dibukit dimana dibawahnya terdapat pantai binangun. Obyek wisata Watu Layar dipenuhi pepohonan sehingga anginnya semilir.  Didalamnya ada beberapa tempat untuk santai dan selfie dan karena letaknya di atas jalan pantura, maka pengunjung bisa melihat indahnya pemandangan laut yang dipenuhi perahu dari sini atau berfoto selfie dengan background pantai.

Watu Layar adalah salah satu spot terbaik untuk hunting sunset di Lasem.  Sayangnya, karena kami tiba agak sore agak sedikit terlambat untuk sunset karena matahari yang terlihat sudah sebagian besar tenggelam dan terhalang kabut.

Tour hari pertama ditutup dengan nongkrong cantik di sebuah kedai kopi Kesengsem Lasem yang lokasinya dekat dengan rumah merah.  Suasananya cukup menyenangkan, relaksasi sambil ngopi dan menikmati makanan ringan macam goreng pisang dan roti bakar.  Sesekali diselingi candaan diantara kami dan guide kami, kegiatan macam ini yang selalu dikangenin kalo lagi travelling, bonding with local

(Seru-seru yaa lokasi wisatanya. Mau tahu tempat lain yang dikunjungi Deasy dan ke 14 Sahabat IDC lainnya, nantikan di part keempat yaa…)