Lembata, Lamalera Desa Berobjek Wisata Goa Eksotis
Pengalaman menjelajahi Lembata, Nusa Tenggara Timur tak larut dalam berjalannya waktu.
Saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke negeri asal para Nyong dan Nona (sebutan untuk laki-laki dan perempuan) ini dengan singkatnya. Setelah disuguhkan keindahan eksotik pegunungan dan lautan yang menyatukan hijau dan biru begitu mesranya.
Kali ini saya dan dua sahabat inindonesiaku mendapatkan tawaran dari salah satu warga yang bersedia menjamu kami menginap dirumahnya selama saya dan sahabat berada di Lewoleba. “kalian belum ke Lembata kalau belum pergi ke Lamalera”. Begitu singkat nasehatnya.
PERJALANAN MENUJU LAMALERA
Tak kenal letih kalau mendengar tantangan seperti ini. Berbekal cerita darinya kami beranjak mempersiapkan diri untuk berangkat ke Lamalera, dengan jarak tempuh +/- 3 jam.
Setelah mempersiapkan barang-barang bawaan kami berbalut tas Gravell yang selalu setia dalam perjalanan sahabat Inindonesiaku, tepat jam 8 malam kami dijemput supir camat Wulandoni yang menguasai Desa Lamalera.
Sepanjang perjalanan, kami melengkapi perbekalan pengetahuan tentang Wulandoni dan Desa Lamalera khususnya. Tentu saja. Ada apa disana Lembata, Lamalera Desa Berobjek Wisata Goa Eksotis?
Yap perjalanan menuju Wulandoni lumayan ekstrim. Kami hanya dapat melihat terangnya langit malam dan bayangan pegunungan disisi kiri/ kanan jalan dan disisi lain lebatnya hutan.
Bukan hal yang mengejutkan bagi sang supir saat jalanan dihadapannya terhalang pohon tumbang. Dengan sigap dia permisi mengambil golok dibawah jok.
Meneruskan perjalanan sambil sesekali bersenda gurau dan ditemani musik keras dengan lagu berbahasa daerah timur. Tak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa menggali lebih banyak informasi mengenai Lamalera, tak sedikitpun mata ini terpejam meski badan merasa lelah.
Esok pagi saya dan sahabat inindonesiaku yang lain sudah harus mempersiapkan diri untuk pergi ke Lamalera. Karena malam ini tujuan kami adalah bermalam di rumah Bapak Camat Wulandoni.
Baterai perlengkapan dokumentasi sudah berkurang, begitu juga alat komunikasi kami. Kami harus segera men-charge sesampainya dirumah Bapak Camat. Karena listrik hanya tersedia dari jam 6 sore hingga jam 12 malam.
Tepat pkl 22.30 kami tiba mengejutkan Ibu Camat yang tak mendapat informasi mengenai kehadiran kami. Dengan hangat sang Ibu menyambut dan mempersiapkan kebutuhan istirahat kami.
Sibuk mandi sambil menumpuk colokan listrik men-charge perlengkapan elektronik. Kami cuma punya waktu +/- 1 jam. Jangan sampai besok kehilangan kesempatan untuk mengabadikan keberadaan kami di Lamalera.
Pagi hari setelah sarapan dan berpamitan kami diantar menuju rumah yang menjadi gerbang untuk masuk ke desa Lamalera.
PASAR BARTER
Sebelum itu kami sempat mengabadikan lokasi pasar barter di Wulandoni. Yaa pasar barter! dimana uang bukan alat untuk transaksi jual beli.
Mereka menukar hasil kebun dengan hasil laut. Pasar ini ada di hari sabtu. Pasar yang dimaksud adalah lapangan luas yang kosong dinaungi pohon besar yang rindang. Dengan melihat kami membayangkan riuhnya saat transaksi jual beli terjadi.
Lucunya, menurut cerita dari warga Wulandoni sebelum pasar dibuka hari sabtu pagi, ada 1 org yang bertugas menjadi wasit untuk menandakan transaksi dimulai dan meniupkan kembali peluit saat waktu telah usai.
Belum lagi habis cerita tentang pasar barter Wulandoni, kami diajak menjajaki salah satu goa yang ada di halaman batas antara Wulandoni dan Lamalera.
Yaa Tuhan, tak habis kami mensyukuri keagungan-Mu. Jangan tanya apa nama Goa ini, karena warga desa bilang “sebut saja Goa Lamalera”. Goa ini akan dijadikan salah satu objek wisata dikecamatan Wulandoni.
Dan kami mendapatkan kesempatan menyaksikannya terlebih dulu sebelum ramai orang menyusuri isi dari goa ini. Lembata, Lamalera Desa Berobjek Wisata Goa Eksotis, benar-benar a place to remember.
by Marissa Ulfah