Pulau Kelor, ternyata tidak hanya dimiliki oleh Kepulauan Seribu, Flores pun punya.
Saat saya dan sahabat inindonesiaku.com berkesempatan sailing Lombok – Komodo kami ditawari antara berkunjung ke Pulau Bidadari atau Pulau Kelor,
berhubung kami belum pernah ke kedua pulau tersebut, kami ikut ramenya aja.
Dan ternyata Pulau Kelor lah yang menjadi pilihan, merapat di pantai pasir putih pada tengah hari membuat beberapa dari kami enggan untuk turun dari kapal.
Aktivitas di Pulau Kelor
Satu persatu mulai turun dengan snorkel set nya, beberapa memilih tidur siang atau sekedar ngobrol dengan peserta trip lainnya,
mengingat perjalanan kami sampai ke Pulau Kelor ini ditempuh dengan perjalanan yang tidak mudah,
saya dan 2 sahabat lainnya akhirnya memutuskan untuk turun dari kapal dan setidaknya menginjakkan kaki di Pulau ini.
Foto dengan pose andalan di beberapa spot membuat kami melirik bukit di tengah Pulau,
tampak dari bawah beberapa orang berpose cantik di atas bukit. Kami pun bergerak mulai mendaki bukit, di tengah menuju kaki bukit,
1 sahabat yang sedari tadi sudah snorkeling ikut bergabung bersama kami, jadilah kami ber 4 menuju puncak bukit.
Kemiringan hampir 80 derajat
Tanah kering dan tandus dengan kemiringan hampir 80 derajat ditambah sengatan sinar matahari di atas kepala membuat kami sempat ragu untuk naek,
setiap orang yang turun dari bukit kami tanyai, ada apa di atas? Kebayar kah dengan perjuangan kita menanjak bukit?
Dan jawaban mereka sama, bagus mba mas, kebayar kok pemandangan di atas.
Jawaban mereka membuat kami semangat untuk naik bukit, seliweran debu dan peluh keringat menemani kami sepanjang jalan.
Lukisan Ilahi
Dan ternyata apa yang mereka katakan mengenai kondisi di atas bukit ini benar,
dari atas sini kita bisa melihat bukit coklat di seberang sana, awan putih, langit biru, Laut dengan gradasi warna biru, kapal yang bersandar di sekitar bibir pantai,
pohon hijau di tengah pulau sungguh lukisan Ilahi yang luar biasa,
beberapa saat kami termangu dan mengucap syukur pada-Nya akan keindahan Pulau Kelor Flores, Panas Terik dan Terpaan Debu Berbuah Lukisan Ilahi.
Berpose
Saatnya berpose, tapi masih harus bersabar karena angel terbaik di atas bukit ini sudah dipadati beberapa orang untuk mengantri.
Sabar, cuma itu yang bisa kami lakukan, menanti di bawah pohon yang daunnya mulai meranggas membuat sinar matahari tetap mengenai lapisan kulit kami,
keringat membasahi sebagian kaos, kerongkongan kering, emosi agak mulai tak terkendali membuat kami berusaha mengingatkan dan menghibur satu sama lain,
kalo ingat saat itu selalu membuat tersenyum, memang untuk sesuatu yang indah itu kadang tak mudah untuk mendapatkannya.
Antrian demi antrian kami lewati, tibalah giliran kami untuk memuaskan diri berfoto-foto di atas sini, mengingat setelah kami belum lagi ada antrian.
Duduk, berdiri, merentangkan tangan, nyengir kepanasan, sampai ada antrian yang datang menghentikan pose-pose kami,
saatnya bergantian dengan yang lain karena saat tadi kami menunggu rasanya tidak nyaman,
makannya jangan biarkan antrian berikutnya merasakan ketidaknyamanan yang kami rasakan.
Turunan yang tidak mudah
Turun, ternyata sama seperti naiknya, tidak mudah. Rumput kering, tanah gersang dan berbatu membuat kami harus pintar-pintar mencari pijakan,
salah berpijak akan membuat kami meluncur layaknya di perosotan, perosotan yang berujung jurang dan berakhir di laut.
Hati-hati sekali kami melangkah, bahkan sampai duduk ngesot saking takutnya tergelincir, nafas agak tertahan, mata lebih awas sampai akhirnya berhasil juga sampai bawah bukit.
Hah, legaaaa daratan oh daratan, haha.
Jangan ditanya kondisi kami saat turun, baju kotor, muka gosong, tatapan lega, tapi dapat oleh-oleh yang tidak sahabat lain dapatkan, lukisan Ilahi dari atas bukit.
Pulau Kelor Flores, Panas Terik dan Terpaan Debu Berbuah Lukisan Ilahi, benar-benar a place to remember.
by @ibhekti