Saya ke ke Pulau Komodo, itu perjalanan idaman saya sejak lama, selain ingin melihat langsung kadal purba yang terkenal dan melegenda, juga tersohor sebagai ikon seven wonder.

Di pulau Komodo ini, saya  juga tak sabar untuk  menjajal dunia bawah airnya. Konon, Komodo penuh dengan janji akan pengalaman yang eksotik.

Meski memerlukan waktu cukup lama untuk mewujudkan  keinginan merambah pulau Komodo,

akhirnya saya menerima tawaran menarik dari sahabat inindonesiaku.com yang juga sesama penyelam,

dengan versi perjalanan Komodo ala Living On the Boat yang  biayanya juga relatif  ringan di kantong.

Cerita yang membuat saya tergiur

Satu hal yang paling  membuat saya tertarik masuk ke dunia bawah laut pulau Komodo,

adalah cerita dari banyak sahabat inindonesiaku yang sungguh mengemasnya dengan cara yang sangat luar biasa.

Mereka menggambarkan dengan merinci soal airnya yang sangat jernih, arusnya yang juga deras,

serta penjelasan-penjelasan lain tentang biota laut unik yang hidup tentram di laut pulau Komodo ini.

Sekilas dari begitu banyak cerita, bisa disimpulkan bahwa tidak sembarang penyelam yang mampu mendapatkan kualifikasi untuk bisa menari dan melayang indah di panggung Pulau Komodo (Part 1), Keelokan Habitat Alami si Kadal Purba ini.

Tantangan untuk menyelaminya

Pulau komodo membuat saya makin penasaran, menyelam di Pulau Komodo menjadi tantangan tersendiri bagi saya,

ini sekaligus sebagai ajang pembuktian, soal seberapa mahir saya dalam perkara menyelam.

Bukan hanya melihat langsung keindahan alam dan keelokan pemandangan bawah lautnya, bersanding hangat dengan Pulau Komodo,

tak akan lengkap rasanya tanpa mampir bertemu tuan rumah si kadal besar yang jadi primadona.

Bisa dibayangkan, bagaimana rasanya bertemu muka langsung dengan hewan langka yang satu ini.

Sungguh tidak menyesal, setibanya saya dan sahabat inindonesiaku lainnya di kota Labuan Bajo,

setelah terbang kurang lebih satu jam menggunakan pesawat baling-baling dari kota Denpasar, kami semua sudah tanpa segan,

disambut oleh pemandangan sangat luar biasa cantiknya dari atas bukit kota Labuan Bajo,

yang menjadi kota awal sebelum saya pindah ke kapal motor menuju kepulauan Komodo.

Panasnya terik matahari di kota serta rasa haus dan lelah kami seketika lenyap,

bagai terhipnotis untuk bergegas menjemput kesenangan berfoto-foto narsis sambil mengabadikan pemandangan kepulauan Komodo yang takkan terlupa.

Ini baru potongan cerita awal, tapi saya sudah berani jamin, kalau Pulau Komodo (Part 1), Keelokan Habitat Alami si Kadal Purba, memang benar-benar a place to remember.

by Athinx Brau