Sahabat inindonesiaku.com, Kalau kita bicara soal alat musik, Indonesia punya banyak cara untuk menjadi juaranya.
Meskipun belum ada yang menghitung secara pasti berapa jumlah alat musik tradisional asli Indonesia, namun sudah sepantasnya kita bangga dengan keragaman musikalitas negeri ini.
Salah satu alat musik khasnya adalah Angklung, berasal dari Jawa Barat yang kini sudah makin mendunia.
Alamat Saung Angklung Udjo
Pada tahun 2010, UNESCO mengukuhkan Angklung dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia.
Salah satu tempat yang menjadi pusat pengembangan dan pelestarian Angklung di Indonesia dan sekali lagi, terkenal di seluruh dunia, adalah Saung Angklung Udjo
Terletak di Jl. Padasuka No. 118 Bandung. Tempatnya sangat khas dengan ornamen serba bambu, juga hutan bambu yang sangat terawat.
Sejuk, itu pengalaman pertama yang saya dapat dari Saung Udjo ini. Deretan Angklung tertata rapi, bahkan ada toko souvenir khusus yang menjual cenderamata khas Jawa Barat lainnya.
Angklung
Angklung terbuat dari bambu yang dapat mengeluarkan suara dan irama yang khas.
Angklung merupakan gabungan dari beberapa instrumen yang terdiri dari pipa bambu dengan ukuran yang berbeda-beda dan ditempatkan di suatu bingkai yang kecil.
Untuk memainkannya, cukup diguncangkan hingga mengeluarkan bunyi.
Di Saung Angklung Udjo, sahabat pecinta Indonesia dapat menyaksikan pertunjukan Angklung yang tak biasa.
Disini Angklung disajikan secara modern, meskipun tetap menonjolkan ciri tradisionalnya. Salah satu contoh, adalah menggabungkan Angklung dengan musik Jazz.
Awalnya saya sempat ragu, apakah akan tercipta melodi yang bagus. Namun ternyata, setelah dipentaskan oleh para “musisi” di saung angklung Udjo, terciptalah harmonisasi yang menakjubkan.
Rasanya ingin punya tempat seperti Saung Angklung Udjo, Gaung Melodi dari Rahan Sunda ini di rumah sendiri, hingga tak perlu khawatir orang lain mengklaimnya lagi.
Pemain mungil
Setelah menikmati suguhan musik Angklung modern, saya dikejutkan dengan puluhan anak kecil yang memasuki panggung pementasan.
Saya kira mereka hanya ingin menyambut kedatangan kami, mengingat usia mereka berkisar antara empat sampai sepuluh tahun.
Namun ternyata, tangan-tangan mungil itu mahir memainkan angklung tersebut, bahkan sambil melenggak-lenggokkan badannya.
Saat pembawa acara menjelaskan, barulah saya ketahui bahwa anak-anak di depan saya adalah penduduk setempat yang dibina Saung Angklung Udjo untuk melestarikan budaya Angklung hingga generasi yang lebih lama lagi ke depannya.
Selain pertunjukan Angklung, pengunjung juga disuguhi wayang golek, tari topeng, dan praktik memainkan Angklung.
Bermain angklung bersama
Hal ini yang paling seru, masing-masing pengunjung diberikan satu buah Angklung yang ditandai dengan nomor. Nomor ini adalah tangga nada.
Kebetulan saya pegang nomor 4. Sehingga jika pembawa acara memberikan tanda angka 4, maka saya dan semua pemegang Angklung nomor 4 harus membunyikan Angklung tersebut.
Sungguh terasa kolosal, ketika sekitar dua ratus orang pengunjung yang memainkan Angklung secara bersamaan, dapat membentuk harmonisasi yang apik, kali ini kami memainkan lagu Bunda, ciptaan Melly Goeslow.
Meskipun harmonisasi kami masih kurang selaras, tapi kami bahagia jadi bagian langsung dari pelestari budaya.
Angklung juga erat kaitannya dengan perjuangan bangsa Indonesia demi mencapai kemerdekaan.
Dulu, para pejuang Indonesia bersatu sehingga bisa menjadi padu membentuk kekuatan yang tak terkalahkan.
Sama seperti Angklung, jika dibunyikan sendiri akan terasa biasa saja. Namun jika dibunyikan bersama-sama, maka yang tercipta adalah melodi indah dari ranah Sunda yang juga merupakan bagian dari Indonesia.
Tolong berhenti bicara sejenak, dengarkan dengan tenang lantunan angklungnya dan bilang dalam hati, Saung Angklung Udjo, Gaung Melodi dari Ranah Sunda, a place to remember.
by Arum Silviani
Comments are closed.