24-24 Februari Sahabat inindonesiaku kembali mengunjungi Gunung Parang setelah 2 tahun yang lalu. 

Perjalanan pertama kami saat itu sedikit berbeda, kami hanya melakukan perjalanan sehari saja, sedangkan kali ini selama dua hari.

Karena ada kegiatan menginap di tebing Gunung parang di ketinggian 900 Mdpl.

Sky camp begitu sebutan perjalanan kami, tentu tetap dengan via ferata dan dibantu oleh team Sky Walker.

Perjalanan kali ini memberi banyak cerita karena penuh perjuangan. Tebing itu memang menggoda untuk ditapaki namun kali ini dia memberi pelatihan yang berbeda pada kami.

Perjuangan itu dimulai pagi itu.

Sabtu, 24 Februari  : 6.45 am – Berangkat dari Plaza Semanggi.

Pagi itu, langkah awal kami mengukir kenangan bersama sahabat IDC, 19 orang sahabat tidak hanya datang dari Jakarta saja.

Ada yang dari Palembang, Balikpapan, Semarang, Bandung, dan Tasikmalaya, seperti itulah kami, jika rindu sudah hadir kemanapun bisa dijalani.

Tidak dipikirkan medannya seperti apa yang kami hadapi, yang kami rasa hanyalah bagaimana menikmati waktu dan menghabiskan akhir pekan bersama.

Perjalanan kami tempuh kurang lebih 3 jam, bersyukur jalanan cukup bersahabat sehingga kami bisa sarapan di Purwakarta.

Sate maranggi menjadi pilihan saat itu, kurang lebih satu jam kami menikmati makanan yang lezat di tempat itu, setelah itu kami melanjutkan perjalanan.

Sabtu, 24 Februari : 12.30 am – Makan Siang – Persiapan Memanjat.

Akhirnya sampailah di tujuan. Sebagian dari kami memandang ketinggian Gunung parang serta berguman, disanalah nanti kami menginap.

Lapar belumlah memanggil karena makan pagi kami terlalu dekat dengan makan siang yang sudah tersedia, namun karena harus memanjat butuh tenaga lebih akhirnya kami kembali mengisi perut.

Hidangan yang tersediapun sangat menggoda, terutama sambalnya.

Setelah mengisi perut persiapan pendakianpun dilakukan, memasang pengaman dan Kak Bibin selaku penanggung jawab pendakian memastikan satu persatu apakah peralatan tersebut sudah aman atau belum.

Menu makan siang

Karena menginap diatas maka kami semua membawa kebutuhan air saat memanjat dan bermalam, serta sleeping bag dan kebutuhan menginap.

Sudah terbayangkan bagaimana beratnya ransel kami.

Setelah semua siap, kak Bibin memberi arahan kepada kami bagaimana nanti memanjat dengan via ferata.

Sekitar 5 menit berlalu kami berangkat menuju lokasi pendakian. Tidak lupa sebelumnya mengabadikan foto bersama.

Pemasangan perlengkapan
Via Ferrata Purwakarta

Sabtu, 24 Februari : 02.00 PM – Memanjat dimulai.

Sebelum memulai menapaki dinding gunung parang, guide kami kembali memberi arahan bagaimana cara melangkah dan mengaitkan pengaman ke tangga atau tali besi yang sudah tersedia di dinding Gunung Parang.

Satu persatu sahabat IDC mulai memanjat, terlihat di wajah mereka ada rasa khawatir, namun kami saling mendukung satu sama yang lain, memberi semangat bahwa pasti bisa.

Namun pada akhirnya ada satu sahabat yang memutuskan tidak ikut.

Semua pilihan karena yang tahu kondisi diri hanya mereka sendiri, dengan rasa sedih saya tinggalkan salah satu sahabat dan berharap dia menikmati malam di bawah tanpa kami.

Di ketinggian 70 Meter mulailah para sahabat merasa tenaga terkuras, saat ada teras kami istirahat, tentu mengabadikan foto tetap kami lalukan.

Mungkin salah satu penawar lelah atau takut dalam menapaki setiap tangga via ferata.

Buat saya yang menjadi catatan penting dalam pendakian saat itu bagaimana melihat para sahabat saling dukung satu sama yang lainnya.

Jika ditanya mereka bukanlah pencinta gunung semua bahkan sebagian besar melakukan pemanjatan baru pertama kali, rasa takut mereka kalahkan dengan keinginan tinggi untuk bisa menikmati ketinggian 900 mdpl dengan memandang indahnya waduk jatiluhur.

Awal menapaki dinding sampai ketinggian 150 meter matahari bersahabat dengan kami, harapannya mendapatkan sunset, namun ketika sampai di ketinggian 200 meter harapan itu pupus karena awan gelap dengan angin kencang menghampiri kami.

Saya sendiri saat ketinggian 250 Meter hujan dengan manisnya menyapa disertai angin, rasa lelah kembali menghampiri, namun langkah ini sudah hampir bertemu akhir tentu tekad harus dibulatkan.

Salah satu sahabat kami yang bernama Adit, perjuangannya sungguh luar biasa mencapai puncak, dengan berat badan 100 kg dan tinggi badan 165 cm tentu bukan hal yang mudah.

Namun dia sungguh pribadi yang sangat luar biasa, semangatnya dibilang juara tapi walaupun begitu diapun sempat merasakan lelah dan takut sampai puncak.

Terima kasih tak terhingga kami ucapkan pada guide kami yang begitu sabar menuntun kami terutama Adit, berkat beliaulah akhirnya Adit sampai puncak dan kami semua bisa menikmati ketinggian Gunung Parang.

 Sabtu, 24 Februari : 05 PM – Istirahat dan menikmati malam dengan memandang gemerlapnya lampu di atas waduk Jatiluhur.

Hujan menyapa kami saat sampai di puncak, menuntun kami ke tenda untuk sekedar berteduh dan membersihkan diri. Kesempatan kami juga untuk saling bercerita satu sama lainnya bagaimana perjalanan saat pendakian.

Ketika Hujan sedikit reda, satu persatu diantara kami keluar dan kumpul menikmati malam. Perutpun memanggil untuk diisi. Sebagian besar para wanita menyiapkan makanan dan melayani satu dengan lainnya.

Ada yang memasak, ada yang menyiapkan dan ada yang menunggu dengan berbincang-bincang. Tidak ada satupun saling menunggu ataupun merasa kenapa melayani ataupun dilayani, mengalir begitu saja satu dengan lainnya saling mendukung.

Betapa indahnya persahabatan dan saya bersyukur ada diantara mereka.

Hal yang menarik.

Menjadi semakin seru dan menambah indahnya kebersamaan kami saat itu, ada satu teman baru yang bukan dari sahabat IDC, namanya Donovan.

Dia seorang warga Negara South Africa yang sedang menjalani bisnis trip di Indonesia dan menyempatkan diri memanjat tebing Purwakarta, satu-satunya tamu lain dari sahabat IDC yang dibawa kak Bibin.

Donovan pribadi baik, terlihat dia dukung penuh kami dalam pendakian dan tidak jarang dia berbagi bekal, dan sampai di puncakpun dia tetap berbagi makanan. Tanpa terasa kami menjadi satu dan kebersamaan terjalin indah.

Malam dan waduk Jatiluhur menjadi saksi bagaimana kami begitu bahagia mengenal satu sama lainnya, lupa bagaimana perjuangan saat memanjat ataupun lupa bagaimana kami turun nanti. Yang ada hanyalah tawa riang dengan penuh sukacita.

Malam semakin menjemput dan saya pamit duluan untuk merebahkan diri dalam tenda, masih terdengar sayup-sayup bagaimana mereka begitu menikmati malam.

Minggu, 25 Februari : 04: 30 am – Selamat Pagi ketinggian 900 Mdpl

Jam 4 pagi saya sendiri sudah terbangun namun karena merasa terlalu pagi saya tetap dalam tenda, tepat 4.30 am saya keluar dan menyapa pagi, terlihat semua masih menikmati hangatnya selimut.

05:00 am satu persatu keluar dari tenda mulai memandangi indahnya pagi dengan pemandangan gunung, pedesaan Purwakarta serta waduk jatiluhur.

Kopi pun menjadi teman pagi saat itu. Tidak hanya itu kamera juga menjadi teman yang paling dinanti saat itu mengabadikan moment indah pagi itu.

Keceriaan kembali terukir disana, kebersamaan antara yang masak dan hanya menikmati masakanpun tercipta. Saya sendiri merekam semua moment indah itu sambil mengucapkan doa dalam hati.

Tuhan terima kasih karena saya berada bersama orang-orang yang tepat. Semoga semuanya diberi kesehatan sehingga kami kembali menciptkan kenangan-kenangan indah bersama.

Minggu, 25 Februari : 08.00 – Selamat Tinggal ketinggian 900 Mdpl

Waktu juga yang memaksa kami untuk bersiap-siap meninggalkan puncak gunung parang itu, kembali kami menapaki satu persatu tangga via ferata, kali ini turun menjadi beban tersendiri.

Tetap dengan segala gaya yang diabadikan oleh beberapa sahabat yang membawa kamera atau dengan kamera hp saja.

Dari puncak sampai ketinggian 150 meter kami turun dengan menapaki tangga yang sama seperti pendakian. Setelah itu kami menunggu diturunkan dengan tali.

Sambil menunggu kami menikmati keindahan Purwakarta dari ketinggian 150 dari gua yang sudah tersedia disana.

Menunggu yang tidak bisa dibilang sebentar itu memberi kesempatan kepada kami untuk kembali bercanda satu sama lain.

Minggu, 25 Februari : 02.00 PM – Selamat Tinggal Purwakarta

Sampai base camp dibawah gunung parang, kami semua membersihkan badan dan menyiapkan diri untuk kembali ke Jakarta.

Lelah sudah menjemput dan sepanjang perjalanan sebagian kami tertidur sampai di rest area dimana kami membeli makanan untuk dimakan di mobil sehubungan mengejar waktu, karena harus ke bandara.

Tepat pukul 05:00 Sore sampai di plaza Semanggi dan kami berpisah satu dengan lainnya.

Terima kasih sahabat IDC untuk kebersamaan akhir pekan minggu lalu, cerita indah itu akan menjadi kenangan yang tidak pernah dilupakan.

Semoga waktu berpihak sehingga kita bisa membangun kebersamaan lagi.  Via Ferrata Purwakarta, Menikmati Waduk Jatiluhur di Ketinggian 900 Mdpl – Sky Camp Via Ferrata a place to remember.

 by Nik