
Warung Kopi Tak Kie, Romantisme Masa Lalu – by Daud
Jika sahabat inindonesiaku.com memasuki warung kopi ini serasa berpergian ke masa lalu. Meja dan kursi yang ada memang berusia puluhan tahun,
bukan furniture baru yang dibuat seolah-olah tua. Ya… warung kopi Tak Kie memang sudah ada sejak tahun 1927.
Warung ini menjadi saksi bisu perkembangan wilayah Glodok, Jakarta tepatnya disekitar kawasan Pancoran.
Bagi saya pribadi rasa kopi di warung ini sebenarnya biasa saja, tapi ini mungkin karena saya bukanlah penikmat kopi.
Namun romantisme suasana masa lalu wilayah pecinan memang melekat erat.
Bagaimana tidak, terkadang bukan suara nyanyian pengamen yang terdengar,
tapi suara musik barongsai yang lewat didepan yang mencoba menemani para pengunjung di Warung Kopi Tak Kie, Romantisme Masa Lalu.
Penyajian kopi yang sangat sederhana, dengan gelas kaca, tanpa hiasan-hiasan cream makin membenamkan perasaan saya akan kawasan glodok di masa lalu.
Saya semakin larut dengan masa lalu yang ada Warung Kopi Tak Kie ketika pemiliknya Latif Yulus, bersedia untuk berbincang-bincang dengan saya.
Beliau menceritakan mengenai sejarah berdiri dan tantangan yang pernah dihadapi Warung Kopi Tak Kie.
Gaya bercerita beliau yang santai dan ramah juga menjadi nilai tersendiri bagi Warung Kopi Tak Kie.
Sebagai warung kopi yang sudah berusia puluhan tahun tentunya punya banyak pelanggan setia, meskipun banyak juga pelangganya sudah tiada.
Sayang jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, warung kopi ini sudah bersiap-siap untuk tutup.
Memang kawasan disekitar Warung Kopi Tak Kie, tidak lagi seramai dulu saat malam tiba, sehingga tidak ada gunanya untuk membuka warung tersebut hingga sore apalagi malam hari.
Ketika saya melangkah keluar, maka seolah-olah saya kembali ke waktu masa kini.
Warung Kopi Tak Kie, Romantisme Masa Lalu, a place to remember.
*versi wawancara klik
http://yourlisten.com/dado12/wawancara-dengan-pemilik-kedai-kopi-tak-kie-latief-yulus