Sebenernya udah lama juga sering denger nama-nama pantai di daerah selatan Garut ini tetapi belum dikasih kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat itu.
Dalam beberapa kesempatan pernah juga ditawarin ikut touring motor tapi lagi-lagi waktunya tidak tepat.
Itulah makanya ketika salah seorang sahabat inindonesiaku.com mengajak untuk mengeksplor pantai-pantai yang ada di Garut Selatan beberapa waktu lalu,
saya langsung mengiyakan, pucuk dicinta ulam tiba.
Rencananya kami akan melakukan perjalanan selama dua hari, kami pilih hari Sabtu-Minggu karena biar leluasa dan ngga motong cuti (udah minimal banget sisa cutinya).
Rute yang kami tempuh adalah Bandung-Soreang-Pangalengan-Talegong-Cisewu-Rancabuaya-Cidaun-Naringgul-Ciwidey-Bandung.
Perjalanan dimulai
Pukul 07.00 WIB kami sudah memulai perjalanan, pertimbangan berangkat pagi adalah untuk menghindari macet,
dan agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan alam disetiap titik yang dilewati.
Dari Bandung, kami mengambil arah selatan melewati Soreang-Banjaran-Pangalengan.
Memasuki daerah Pangalengan, kami mengambil arah ke kanan yang menuju ke Situ Cileunca, melewati tempat rafting Sungai Palayangan.
Kami tidak sempat berhenti untuk mengabadikan Situ Cileunca karena lumayan banyak orang saat itu,
susah cari parkiran tapi beberapa kilometer setelah Situ Cileunca kami berhenti untuk mengambil foto Situ Cileunca dari sisi yang berbeda,
tempatnya lumayan bagus kaya diluar negeri hehe.
Rumah Jerman
Berbicara mengenai luar negeri, tak jauh dari tempat kami mengambil foto ada sebuah rumah khas Jerman yang berlokasi di Perkebunan Teh Cukul.
Orang-orang sekitar menyebutnya rumah Jerman tetapi saya juga kurang begitu paham,
apakah pemiliknya orang Jerman atau keturunannya atau memang sengaja dibuat kesan seperti di Jerman untuk mengingatkan kembali sang pemilik ketika berada disana.
Selintas memang rumahnya mirip dengan rumah-rumah pedesaan yang ada di Jerman.
Bentuk rumahnya yang memang seperti rumah-rumah khas di Jerman, ditambahkan dengan kolam didepan rumah yang membuat kesan menenangkan.
Hmm…semakin penasaranlah untuk kembali kesana dan mengunjungi rumah itu dan berfoto lagi disana, lain waktu Insya Allah.
Talegong Garut
Selepas melewati perkebunan teh Cukul, kami mulai memasuki daerah Talegong Garut,
sepanjang jalan daerah ini kita disuguhi oleh pemandangan hamparan perkebunan teh yang luar biasa,
jalanan disini juga sangat mulus dan berkelok-kelok (untuk touring motor bisa juga nih dipake latihan biar bisa ikutan MotoGP hahaha) pemandangan perkebunan tehnya sungguh membuat takjub.
Memasuki daerah Cisewu, jalanan masih mulus namun tak jarang kami menemui tikungan tajam dan menanjak atau bahkan tanjakan ditengah-tengah jalan yang tingginya hampir 45 derajat (alamaaak),
kondisi kendaraan harus benar-benar baik karena kecepatan pacu kendaraan disini sangat kencang mengingat jalanan yang mulus dan sepi, ekstra hati-hati.
Air terjun Cibodas
Ditengah perjalanan kami berhenti di sebuah air terjun kecil yang ada didaerah Cisewu, namanya air terjun Cibodas.
Untuk ukuran air terjun memang ini tidak terlalu tinggi namun karena lokasinya yang dipinggir jalan diantara sawah-sawah, sangat sayang untuk kami lewatkan.
Kami bermain-main air sejenak dan tentu saja berfoto-foto berlatar belakang air terjun.
Lepas dari air terjun Cibodas, kami berhenti lagi untuk beristirahat dan makan siang didekat jembatan kayu.
Sayangnya, warung-warung makan yang ada disepanjang perjalanan menyediakan makanan yang sangat biasa banget menurut saya,
padahal bisa dibuat lebih enak dengan harga yang sama.
Intinya saya tidak puas dengan makanan yang disajikan apalagi dengan harga sama seperti dikota besar.
Sampai di penginapan
Kami sampai di pantai Rancabuaya sekitar pukul 3 sore, setelah beristirahat sejenak di penginapan, kami memulai explore pantainya.
Karena karakteristik pantai selatan ini berombak besar, dipantai Rancabuaya ini pengunjung tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas air apapun,
deburan ombak pantainya sangat besar dan berbahaya, apalagi di pinggiran pantainya banyak batu-batu karang yang tajam, jika tidak hati-hati akan melukai kita.
Sunset di Pantai Cicalobak dan Puncah Guha
Karena tidak dapat bermain-main dengan air pantai, kami melanjutkan menuju spot kedua, Puncak Guha.
Disebut Puncak Guha, mungkin karena dibawahnya terdapat gua kelelawar.
Disini kami akan menunggu sunset tetapi karena masih agak siang dan masih banyak orang sehingga kami memutuskan untuk berpindah tempat menuju ke Pantai Cicalobak,
jarak dari pantai Rancabuaya ke Puncak Guha dan Pantai Cicalobak tidak jauh, hanya memakan waktu sekitar 15 menit ke masing-masing tempat itu.
Di pantai cicalobak ini juga ombaknya besar, deburan ombaknya menimbulkan suara yang keras.
Di pinggiran pantai ini terdapat batu-batu karang yang bagus untuk digunakan berfoto tetapi tetap harus berhati-hati.
Saya mendapatkan foto dengan view sunset disini, aah senangnya.
Sayang kami terlambat sampai kembali ke Puncak Guha ketika matahari menjelang tenggelam,
sehingga kami tidak mendapatkan view sunset disini tapi saya sudah puas karena sudah mendapatkan view sunset di pantai Cicalobak, tinggal menunggu sunrise esok hari.
Makan seafood
Kalo maen-maen ke pantai engga puas rasanya kalo engga makan seafood. Sayangnya harga seafood dipantai rancabuaya ini terbilang mahal,
mungkin karena masih jarang orang wisata kesini atau bisa juga karena ngambil ikannya susah karena ombaknya yang besar,
fasilitas umum disekitar pantai pun menurut saya masih agak minim, beberapa tempat makan sepertinya kurang begitu representative,
beruntunglah kami menemukan tempat makan seafood dengan harga bersahabat dengan rasa yang pas, enak (tapi lupa nama tempat makannya apa).
Penginapan disekitaran pantai sebetulnya banyak tapi saya sepertinya tidak terlalu recommended,
mending ditempat yang pasti-pasti aja seperti tempat saya menginap, agak mahal sih memang tapi aman dan nyaman,
jangan lupa untuk membawa extention kabel jika akan menginap karena dikamar hanya terdapat satu colokan listrik, jadi bisa rebutan kalo menginapnya banyakan hehe.
Wisata Garut Selatan, Jangan Puas Hanya Datang Sekali, a place to remember.
by Deasy Damayanti