Setelah berWisata Jawa Tengah, Kala Trip Tak Sesuai Rencana, besoknya sesuai kesepakatan,

kami melanjutkan perjalanan menuju Pacitan dengan tujuan mengunjungi Goa Gong dan Pantai Klayar.

Pantai Ngiriboyo

Kembali meleset dari rencana, pantai pertama yang kami kunjungi bukan pantai klayar tetapi Pantai Ngiriboyo.

Lokasi pantai ini agak ke timur dari pantai klayar dan jalan menuju kesana cukup ekstrim, pinggiran jalan berbatu karang tajam,

disisi lain jurang yang langsung menuju laut, menjelang memasuki pantai jalanan berupa turunan cukup curam dan berbelok,

mungkin sekitar 70 derajat (kurang lebih sih tapi curam banget aslinya),

agak khawatir juga apalagi membayangkan ketika pulang nanti melalui jalan ini kembali karena tidak ada jalan masuk lain,

kira-kira mobil kami dapat naik dengan sukses ngga ya?!hehe

Sungai Maron

Pantainya tidak terlalu ramai pengunjung, mungkin karena medan jalan yang agak ekstrim.

Pantainya tipikal pantai selatan, berombak besar tetapi pantainya berpasir hitam.

Yang menarik dari pantai ini adalah sungai yang bermuara langsung kelaut, Sungai Maron.

Warna air sungai yang hijau dengan pemandangan pinggiran sungai yang indah membuat seolah-olah kita sedang berada di tempat lain.

Tidak lengkap rasanya bila datang kesini tetapi tidak berkeliling sungai,

dengan menggunakan perahu nelayan dan membayar sebesar Rp 100.000,- per kapal dengan penumpang maksimal 5 orang,

kami berkeliling sungai sambil menikmati pemandangan sekitar sungai Wisata Pacitan, Kota Penuh Kejutan.

Ini bukan di sungai Amazon tetapi ini di Indonesia, Sungai Maron, Pacitan.

Pantai Klayar

Lokasi Pantai Ngiriboyo berdekatan dengan Pantai Klayar, setelah puas menikmati keindahan Sungai Maron, kami meneruskan perjalanan menuju Pantai Klayar.

Kami memilih masuk ke Pantai Klayar dari sisi yang berbeda dan tidak banyak pengunjung lalui,

berjarak tidak jauh dari Pantai Ngiriboyo dan menurut saya dari sini pemandangan Pantai Klayar lebih dapet hanya saja medan jalan yang agak sulit dilalui dan lagi-lagi curam,

kendaraan kami tidak bisa sampai ke bawah mendekati pantai, hanya kendaraan beroda dua yang bisa sampai bawah.

Disini suasana pantai lebih ramai dari Ngiriboyo, mungkin karena di Pantai Klayar ini sudah lebih dulu terkenal,

terlebih lagi pernah dikunjungi oleh mantan presiden RI ke-6 yang asli berasal dari Pacitan.

Pantai Klayar ini terkenal dengan seruling lautnya yang akan berbunyi jika ada ombak, batu karang berbentuk seperti sphinx,

karang bolong dan air mancur alami yang muncul diantara bebatuan karang.

Namun untuk menaiki batu karang dan mengambil foto tidak bisa sembarangan karena ombak yang tinggi dan berbahaya licin,

jika sudah lewat tengah hari biasanya sudah tidak bisa naik bebatuan lagi, kalaupun bisa harus didampingi oleh pemandu.

Menurut salah seorang pedagang disana, pantai ini mulai ramai dikunjungi setelah keluarga besar Presiden RI ke-6 itu datang kesini berfoto berlatar belakang batu karang sphinx dan diunggah ke jejaring sosial,

sejak saat itu pantai ini mulai ramai pengunjung.

Goa Gong

Lepas menikmati Pantai Klayar, kami melanjutkan perjalanan menuju Goa Gong yang terkenal dengan keindahan stalaktit dan stalaknitnya.

Goa ini memiliki kedalaman sepanjang 256 meter dan memiliki stalaknit dan stalaktit yang sudah berumur ratusan tahun.

Konon katanya Goa Gong ini merupakan wisata goa terindah se-Asia Tenggara,

bisa dipahami karena ketika memasuki area goa ini kita akan disuguhi dengan pemandangan stalaktit dan stalaknit yang luar biasa indah.

Menikmati goa ini harus hati-hati karena licin namun dengan bantuan anak tangga serta pegangan dikiri dan kanan cukup aman untuk dilalui,

sayangnya ketika kami kesana lampu warna-warni yang biasanya menghiasi goa ini tidak berfungsi,

sehingga kami tidak bisa menikmati keindahan secara sempurna dan karena kami sudah kelelahan bermain-main di pantai,

jadi menikmati goa pun tidak sampai keujung di bawahnya dimana terdapat bola kristal, kami hanya menikmati setengah jalan saja kemudian kembali lagi keluar goa.

Pemandian Banyu Anget

Lelah bermain seharian, rasanya akan terasa relax jika berendam di air hangat, maka kamipun memutuskan untuk menuju Pemandian Banyu Anget,

dengan bantuan waze kami tiba di pemandian yang terkenal di Pacitan ini,

harga tiket masuk cukup mencengangkan, Rp 10.000,- saja tapi jangan berharap akan mendapatkan suasana pemandian air panas seperti di Ciater karena pasti kecewa.

Lokasi pemandian banyu anget agak jauh dari keramaian dan melewati perkebunan serta persawahan,

setelah sampai di tempat pemandian di dalamnya terdapat 3 kolam rendam tapi suhu air cukup panas untuk berendam,

dengan hawa Pacitan yang panas rasanya kurang begitu cocok untuk berendam, kamipun memutuskan untuk tidak terlalu lama disana dan kembali ke kota.

Kehabisan penginapan

Permasalahan muncul ketika kami kemalaman sehingga harus mencari penginapan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan pulang kembali menuju Semarang esok harinya.

Kami tidak mengira bahwa di kota kecil seperti Pacitan akan sulit mencari hotel (ini pesan kami jika sahabat berkunjung ke suatu kota,

jangan pernah meremehkan kota kecil karena jika di kota besar mau kamar hotel yang seperti apa tinggal sedia uang,

di kota kecil uangnya ada tetapi kamar hotelnya tidak ada hehe),

cukup lama kami berkeliling mencari penginapan sampai pada suatu hotel kami direkomendasikan oleh petugas hotel kepada seorang Bapak pensiunan TNI,

katanya beliau sering menerima limpahan tamu yang tidak kebagian hotel untuk menginap ditempatnya,

dan alhamdulillah berkat bantuan beliau kami bisa bermalam dan beristirahat di tempat yang nyaman dengan harga yang reasonable Rp 175.000,- per malam per kamar.

Ketika kami tiba malam itu, kami tidak menyadari berada disekitar mana tempat tinggal bapak ini yang belakangan diketahui bernama Pak Slamet,

tetapi ketika pagi hari berjalan-jalan menikmati suasana pagi hari kota Pacitan, ternyata tempat kami menginap lokasinya sangat strategis,

dekat dengan pasar tradisional dan terminal bis daaaaaaaannn berjarak tidak jauh dari rumah mantan presiden RI  ke-6 Bapak SBY.

Saatnya pulang

Pagi itu rombongan kami terbagi dua, sebagian besar mengarah pulang menuju Semarang untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju Bandung,

sementara sebagian lagi melanjutkan perjalanan menuju Mojokerto.  Sepanjang perjalanan pulang kami tidak habis berpikir dan berdiskusi mengenai liburan yang baru saja kami lakukan.

Bermula dari ketidaktersediaan kendaraan, jadi  melenceng jauh hingga sampai di Pacitan tetapi satu pelajaran dan pengalaman yang bisa diperoleh dari liburan kali ini bahwa apapun yang terjadi,

jika dilakukan bersama dengan teman dan sahabat yang satu visi, semua akan terasa indah dan menyenangkan, what a wonderful holiday.  Wisata Pacitan, Kota Penuh Kejutan, a place to remember.

by Deasy Damayanti