Pagi weekend itu selalu menyenangkan, karena di Bandung selalu ramai orang-orang. Ajakan pagi itu kemana? ke Gunung Lembu katanya.
Akupun gak tau itu gunung macam apa dan dimana, tapi tanpa pikir panjang ya aku ikut saja, mumpung ada rejeki dan punya kesehatan.
Aku siap-siap di kosan membawa kebutuhan yang aku pikir dibutuhkan di sana.
Ternyata di teras kosan sudah ada sahabat inindonesiaku.com lainnya yang menunggu, tapi saat itu aku belum kenal dia itu siapa.
Dari Dago ke terminal Ciroyom
Lalu aku dan 2 teman kosanku berjalan keluar kosan dan memulai perjalanan menuju terminal Ciroyom dari Dago atas.
Oke, lanjut lagi ke perjalanan, kami naik angkot Riung-Dago sampai ke Simpang Dago, ongkosnya Rp 2000 saja per orang,
Lalu kami lanjut lagi naik angkot Caheum-Ciroyom yang ongkosnya Rp 5000 per orang kalau ga salah (berarti bener).
Di terminal Ciroyom kami janjian dengan salah satu rekan lagi yang sudah menunggu di sana.
Sempat salah paham soal tempat menunggu sampai kami harus naik turun bis yang akan membawa kami ke daerah yang dituju,
tapi akhirnya kami bertemu juga dengan orang yang dimaksud dan kamipun berkenalan.
Jadi, hari itu aku punya 2 teman baru yang menemani Wisata Purwakarta, Gunung Lembu – Pendakian Pertamaku.
Naik elf dari Ciroyom ke Cipeundeuy
Setelah semua lengkap, kamipun bergegas naik angkutan yang akan membawa kami ke daerah bernama Cipendeuy,
dengan menumpang elf yang bertarif Rp 15.000 per orang kami pun turun di depan stasiun Rendeh Kabupaten Bandung Barat yang baru juga ku kesana.
Setelah itu kami masuk dulu ke stasiun mini tersebut untuk sekedar beristirahat sambil menunggu seseorang yang akan menjemputku dan teman-teman.
Sambil menunggu, aku dan teman-teman yang lain menjajal kamera berhubung disana sudah sore menuju senja jadi langitpun terlihat dramatis untuk diabadikan dalam gambar dengan warnanya yang khas sore itu.
Menunaikan kewajiban
Tak lama, ada 3 orang lainnya yang ikut menyusul dari bandung juga tapi dengan mengendarai motor,
dan seseorang yang akan menjemput kami pun datang dengan motor vespanya yang berwarna merah, warna favoritku hehe.
Tidak lama setelah itu kamipun melipir sedikit ke mesjid terdekat untuk melaksanakan panggilan Tuhan diwaktu magrib.
Shalat magrib bersama disana menjadi titik balik pemikiran dan kebiasaanku, kalau sedang nge-trip bukan berarti bisa meninggalkan kewajiban sebagai manusia beragama,
karena travelling sebaiknya memang ditujukkan untuk melihat secara langsung ciptaan dan kebesaran-Nya.
Maklum, sebelum-sebelumnya aku masih bolong-bolong dalam melaksanakan shalat,
terlebih kalau sudah trip hampir tidak pernah melaksanakan kewajibanku itu,
tapi disamping itu aku bersyukur masih dibukakan pikiran dan hati oleh Tuhan untuk kembali kejalan-Nya, eeaaaa.
Menuju rumah teman
Mobil jemputan agak lama datangnya sampai kami pun melaksanakan lagi panggilan Tuhan diwaktu Isya.
Sesudah itu, tak lama kemudian mobil jemputan berupa pick-up datang menjemput kami menuju sebuah rumah teman yang baru ku kenal saat itu,
sebagai tempat persinggahan sebelum kami melakukan perjalanan menuju puncak gunung.
Sepanjang perjalanan aku sangat menikmatinya, bercengkrama dengan orang-orang yang baru ku kenal,
seperti angin yang tahu saja kalau aku gerah, lalu dia datang menghilangkan gerah itu. Terima kasih Tuhan!
Sambut ramah pemilik rumah
Selesai perjalanan sekitar 30 menit, aku pun tiba di rumahnya yang seisinya menyambut dengan hangat.
Begitulah khas Indonesia yang ramah, memang sebaiknya dimanapun kita berada selama itu masih di Indonesia harus menganggap bahwa itu adalah “rumah”,
karena seisi Indonesia ini adalah saudara setanah air bukan? Kami dijamu dengan teh hangat dan keripik kentang favoritku.
Akupun merebahkan badan sejenak sambil menikmati cemilan malam dirumah salah satu kerabat baruku itu.
Dan yang lainya ada yang merebahkan badan juga di dalam rumah dan ada juga yang diteras,
karena mungkin disana cuacanya agak gerah jadi lebih enak kalau ngobrolnya di teras.
Kami pun bercengkerama sekaligus berdiskusi soal perjalanan yang akan kami tempuh esok pagi buta.
Makan malam?
Seharusnya kami bergegas tidur agar tak kesiangan, tapi yang lainnya, apalagi cowok-cowok seperti tidak kehabisan bahan untuk mengobrol dan bercanda,
mereka seperti enggan menyudahi obrolannya, tapi aku sendiri sudah tak kuat menahan kantuk sampai-sampai terpejam di teras rumah,
dan akupun bergegas ke dalam untuk tidur sungguhan hehe.
Tidurku tak begitu lama sampai akhirnya mereka membangunkanku untuk makan, memang sedari siang kami belum makan.
Kira-kira itu jam 12 atau jam 1 malam, kami pun makan makanan khas sunda yaitu nasi liwet dan ikan bakar yang nikmat sekali aku makan,
karena mungkin sudah kelaparan. Selesai makan aku memutuskan untuk kembali melanjutkan tidur, diikuti juga dengan yang lain.
Menuju Gunung Lembu
Rencana kami pagi itu, kami akan berangkat jam 2 tapi ternyata jam 2 barulah pada bangun,
alhasil kami ngaret setengah jam. Kira-kira pukul 2.30 kami berangkat menuju Gunung Lembu menggunakan mobil pick-up seperti pertama,
dan sampai di tempat tujuan sekitar pukul 3.30 pagi, lalu kami langsung mendaftar ke pos untuk mendaki diwakilkan oleh salah satu rekanku.
Beres semua persyaratan kami pun membentuk lingkarang kecil dan berdoa memohon keselamatan dari Sang Kuasa.
Karena yang namanya di alam kami yang harus tahu diri karena bisa dibilang hanya “numpang”.
Setelah itu aku pun melangkahkan kaki untuk pertama kalinya melakukan pendakian pertamaku.
Ya! this is my first time in forever deh pokoknya. Ini adalah pendakian gunung pertamaku.
Pendakian pertama
Sebelum-sebelumnya aku sering travelling ke pantai-pantai dan pulau di Indonesia, baru sebagian kecil juga sih.
Hal pertama yang aku lihat dijalur pendakian adalah tanjakan yang berupa tanah menjulang ke atas curam sekali, sebelumnya aku belum pernah melihat jalan macam itu.
Sempat ada keraguan muncul dalam hati, aku mampu atau tidak untuk sampai ke atas melihat treknya yang sangat menanjak miring seperti itu.
Tapi ya sudahlah, aku berpikir masa iya sudah sampai tujuan mau mundur gitu aja.
Akhirnya akupun melanjutkan pendakian dengan nafas yang pendek, sangat terasa capek padahal baru juga memulai pendakian.
Tapi di tengah itu semua, teman-temanku yang lain ikut andil dalam memberi semangat untuk pendakian pertamaku di Gunung Lembu.
Sambil sesekali istirahat untuk minum dan sejenak mengambil napas panjang.
Itu benar-benar perjalanan yang sangat berat untukku sebagai pendaki amatir yang baru pertama kali melakukan pendakian.
Filosofi mendaki
Mendaki gunung itu ternyata tak semudah yang aku kira, karena mendaki gunung itu butuh ketahanan fisik dan mental.
Benar kata orang kalau naik gunung itu seperti filosofi kehidupan nyata.
Rasa cape, masalah, ego, dan pemikiran-pemikiran bisa muncul tiba-tiba dan tidak terduga datangnya.
Katanya kalau naik gunung akan kelihatan sifat asliya, menurutku itu benar karena dalam keadaan yang tidak nyaman seseorang akan cenderung mencari yang dia mau lalu tanpa disadari sifat aslinya akan terlihat, itu menurutku looh.
Dan satu lagi pelajaran penting yang aku ambil dari mendaki gunung yaitu, kita sebagai manusia yang berfikir haruslah memilih dan menentukan jalan kita sendiri yang akan kita ambil,
tetapi kita tidak bisa menampikkan bahwa kita juga butuh uluran tangan dari orang lain dalam langkah-langkah yang kita ambil.
Filosofi itu aku ambil dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial, yang pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Track yang membuat berkeringat
Perjalanan menuju puncak sebenarnya tidak terlalu lama,
hanya butuh sekitar 1 jam tapi karena mungkin teman-temanku membawa aku yang baru pertama kalinya mendaki jadi perjalanan agak sedikit lama.
Sepanjang perjalanan sampai puncak benar-benar perjalanan yang tidak mudah buat aku, apalagi melihat treknya yang turun naik,
dari berupa tanah sampai ada trek bebatuan besar.
Perjalanan pun aku terus lanjutkan dengan denyut jantung yang sangat cepat dan cucuran keringat dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tapi kalau sudah di gunung aku rasa memang tidak punya pilihan lain selain melanjutkan perjalanan dan menghadapi rintangan yang ada sebagai proses sampai ke puncak.
Dan yang paling berkesan untukku adalah saat aku melihat puncak yang terlihat sangat curam dan miring.
Aku harus melewati jalan yang sangat menurun lalu langsung menanjak mirip huruf V, kesan pertama melihat itu adalah syock.
Tapi ya berhubung itu sudah hampir sampai puncak aku pun terus melanjutkan perjalanan.
Sunrise sempurna
Setelah melawati itu semua akhirnya akupun sampai di puncak yang sering disebut orang-orang sebagai batu.
Puncak Gunung Lembu sebenarnya agak unik karena puncak yang terlihat ternyata hanya puncak bayangan, dan puncak yang sebenarnya ada dibalik puncak bayangan itu.
Kira-kira jam setengah 6 pagi aku pun sampai di puncak. Belum terlihat mentari menyapaku pagi itu,
tapi tak berapa lama sinar mentari sedikit-sedikit mulai terlihat, aku pun sangat menikmati detik demi detik saat matahari muncul di langit Indonesia.
Aah indah sekali, sangat puitis, ku rasa. Dan setelah itu sedikit-sedikit juga mulai terlihat hamparan waduk jati luhur yang menambah indahnya pemandagan khas gunung lembu yang berada di kabupaten Bandung Barat itu.
Aku sangat bersyukur atas pendakian gunung pertamaku yang banyak meninggalkan kesan manis.
Sekali lagi, terima kasih Tuhan! Wisata Purwakarta, Gunung Lembu – Pendakian Pertamaku, benar-benar a place to remember.
by Amy