Anak – anak Sumba dengan kehangatannya
24 Desember 2016, tepat pukul 12.40 saya dan adik saya Esta tiba di Sumba Barat Daya (Bandara Tambolaka). Itu pertama kalinya kami menginjakkan kaki di tanah Sumba NTT.
Bandara yang kecil namun cukup bersih dengan penerbangan yang sangat sedikit. Di bandara kami sudah ditunggu oleh Bapak Patris, yang nantinya akan menemani perjalanan kami.
Kemudian kami meluncur ke penginapan Sinar Tambolaka Hotel untuk meletakkan bagasi bawaan kami dan makan siang.
Menuju Ratenggaro
Bergegaslah saya dan Esta menyantap makan siang karena perut kami sudah kelaparan. Menu makan waktu itu makanan sederhana Indonesia, nasi putih dengan sayur dan lauk.
Saya dan Esta memutuskan untuk menikmati makan siang di lantai atas yang bisa sambil menikmati view sekitaran hotel.
Setelah menyantap makan siang, saya dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Ratenggaro dan Pantai Pero.
Kampung adat Ratenggaro salah satu nama desa di Sumba Barat Daya yang masih memegang teguh budayanya.
Masyarakat masih mempertahankan keaslian rumahnya yang berbentuk menara yang dibuat dengan bahan alami.
Di Ratenggaro kita mendapatkan cerita dari peninggalan leluhur mereka yang berupa sebuah kubur batu.
Kampung ini terletak dipinggir laut, dimana kita dapat melihat pantai berpasir putih yang sangat indah beserta padang rumput yang indah.
Beberapa anak anak kecil di Ratenggaro mengikuti kami berjalan mengelilingi kampung mereka. Beberapa diantara mereka menjual beberapa pernak pernik khas sumba.
Sejarah Kuburan
Saya dan Esta mendengarkan cerita dari salah satu bapak ketua di Ratenggaro. Saya lupa siapa nama nya.
Bapak itu menceritakan banyak hal tentang sejarah kuburan dari batu yang konon katanya batu itu adalah kuburan dari nenek moyang.
Berselang beberapa jam setelah mendengarkan cerita tentang Ratenggaro, kami pun mengambil beberapa foto dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pantai Pero untuk menikmati sunset.
Ketika Kami akan pergi, anak anak menghampiri saya dan mereka meminta uang untuk membeli buku sekolah. Sontak saja saya kaget anak sekecil itu meminta uang untuk membeli sebuah buku.
Langsung saja saya bilang ke anak anak “ jika kalian dikasi buku bukan nya uang, apa kalian mau menerima buku itu?” dan mereka mengangguk meng-iyakan.
Bergegas saya mengambil 2 lusin buku di dalam mobil dan menyuruh mereka untuk berbaris. Mereka sangat antusias dengan buku yang saya bagikan.
Bukan hanya anak anak namun orang tua juga ikut berbaris demi buku untuk anak nya.
Terharu….. Entah lah apakah mereka antusias dengan buku yang saya bagikan atau karena mereka ingin mendapatkan sesuatu dari kami para pengunjung Ratenggaro.
Pantai Pero
Setelah pembagian buku bergegas kami menuju pantai Pero yang tidak jauh dari Rotenggaro. Sekitar 20 menit perjalanan.
Tapi sayang mendung mengikuti perjalanan kami ke Pero dan alhasil kami tidak bertemu dengan sunset. Kami hanya menikmati deburan ombak Samudra Hindia ditemani mendung dan angin.
Kami menghabiskan waktu sejam disana. Oh iya, di Pero kami bermain dengan anak anak yang ada di lapangan hijau. Mereka asyik bermain sepak bola.
Lalu 2 sahabat saya mencoba untuk bergabung dengan mereka dan membagikan 2 buah coklat beng beng, miriisss cuma bawa 2 tapi ya sudahlah dari pada tidak sama sekali.
Well, setelah puas bermain dan mengambil foto tanpa sunset kami memutuskan untuk kembali ke Hotel dan makan malam dihotel. Wisata Sumba, Disambut Hangat Anak-anak Setempat, a place to remember.
by Novi Ani