Wisata Sumba, Kejutan dari Pantai Tarimbang

Puas Menikmati Senja di Tengah Hamparan Bukit Warinding, hari keempat di Sumba Timur, Waingapu, pagi-pagi kami bangun dan bersiap setelah menyantap makan pagi yang telah disiapkan di hotel Tanto.

Yup, perjalanan selanjutnya menuju ke pantai Tarimbang. Pantai ini terletak di Sumba Tengah, memerlukan waktu 3 jam untuk mencapai lokasi.

Jalan yang sangat rusak ditempuh dalam waktu 3 jam lebih. Pantai dengan pasir putih tak bepenghuni.

Ya, begitulah pantai Tarimbang.

Untuk menuju pantai ini tidaklah mudah karena medan perjalanan yang sangat berat. Selama di jalan, karena begitu lama dan jalan yang rusak.

Kami bertanya tanya dalam hati “sebagus apa pantai ini?” sehingga kami harus menempuh jalan yang panjang di tengah hutan. Tiga jam lebih berlalu di jalan sampailah kami di Tarimbang.

Satu kata yang terucap sesampainya kami, “Akhirnya sampai juga bertemu dengan pantai yang misterius.” Indah? Ya, pantai yang tenang, sepi, dan pastinya indah untuk dipandang.

Mungkin bagi orang lain pantainya biasa saja seperti pantai pantai yang lainnya. Orang lain mungkin akan berkata “hanya orang gila yang jauh jauh ke Sumba untuk melihat pantai yang biasa saja”.

Hahaha, ya mungkin saya salah satu orang gila itu. Tapi menurut saya setiap tempat memiliki ciri khasnya masing masing.

Selain itu, pantai Tarimbang pantai yang sepi dan hanya ada satu pohon yang tumbang dan tertanam di tengah pasir, yang menjadi ciri khas dari pantai ini.

Namun menurut saya tempat ini bisa memberikan recovery jiwa bagi orang yang memerlukan kesendirian dan ketenangan. Selain itu di Tarimbang ada pohon signal.

Warga di Tarimbang berbondong-bondong menuju pohon itu untuk mendapatkan signal telepon. Hanya dipohon itu saja signal dapat diperoleh, sungguh unik bukan?

Tak berlama lama kami menghabiskan waktu Wisata Sumba, Kejutan dari Pantai Tarimbang ini karena untuk kembali ke Sumba Timur memerlukan waktu 3 jam lagi.

Pantai Tarimbang
Pohon Signal Daerah Tarimbang

Ber-balik arah

Menuju Waingapu menuju Puru Kambera lagi.  Ditengah teriknya matahari kami mengelilingi Puru Kambera, melihat kuda-kuda warga berkeliaran mencari makan.

Savanna ini dekat dengan pantai. Namun, kami tidak menuju pantainya hanya menikmati savanna di bawah terik matahari.

Beberapa teman menikmati alamnya dengan mengambil beberapa foto sambil berlarian, berloncat, berjalan ala artis. Ya, mereka mengeluarkan semua gaya seolah waktu dan tempat milik mereka seorang.

Karena tidak ada lagi orang selain kami disana. Konon kata salah satu warga Waingapu, di Puru Kambera jika bulan November tiba maka pohon-pohon yang kering kecoklatan akan berubah menjadi hijau dan kita bisa menikmati bunga sakura, seolah di Jepang.

Antara percaya atau tidak dengan perkataan warga itu. Mungkin harus kembali lagi di bulan November untuk membuktikannya. Karena sudah sore dan kita ingin menikmati senja di tempat lain, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Walakuri.

Puru Kambera
Puru Kambera
Sunset Puru Kambera

Pantai ini konon tempat yang paling bagus untuk menikmati senja. Namun sayang waktu itu di bulan Desember senja di Walakuri berpindah posisi. Entah bagaimana bisa berpindah posisi, saya pun tidak begitu paham.

Bapak Patrice bilang, seharusnya jika air laut surut kita bisa berjalan ke tengah pantai, dan pohon mangrove akan terlihat cantik dengan matahari terbenam.

Jadi, karena waktu saya kesana air laut lumayan tinggi dan pohon mangrove terlihat setengah badan, maka kami menikmati pantai Walakuri di pinggir pantai dengan duduk diatas pasir sambil memandang laut.  Wisata Sumba, Kejutan dari Pantai Tarimbang a place to remember.

by Novi Ani

Pantai Walakuri
Sunset di Pantai Walakuri