Wisata Sumba, Menikmati Senja di Tengah Hamparan Bukit Warinding

Jika mengingat Sumba sebuah daerah yang terletak di daerah Nusa Tenggara Timur, selalu ada keinginan untuk kembali kesana.

Setelah kemarin menikmati hari pertama dan hari kedua, perajalanan saya di hari ketiga dari Sumba Barat daya menuju Sumba Timur.

Namun, sebelumnya saya beserta rombongan mampir sejenak ke Desa Praijin yang terletak di Sumba Tengah, daerah Waikabubak.

Menuju Desa Praijin ditempuh kurang lebih dalam waktu satu jam tiga puluh menit. Di Praijin saya sudah ditunggu oleh salah satu teman asli Sumba.

Dia seorang perempuan yang sangat peduli terhadap anak-anak Indonesia. Saya berjanji akan datang ke Sumba dengan membawa beberapa buku dan alat tulis untuk Taman Baca milik Silvy, teman saya.

Di Praijin, saya, adik saya dan Silvy mengobrol sejenak, menceritakan kegiatan yang saya lakukan selama di Sumba.

Begitu juga dengan SIlvy, dia bercerita banyak tentang pengalamannya menimba ilmu di Negri Paman Sam. Setelah saling berceloteh cukup lama.

Saya melanjutkan untuk menikmati Desa Praijin dengan mengambil beberapa foto dan berbicang dengan Bapak, Ibu dan anak-anak disana.

Desa Praijin
Lelaki berusia 23 tahun di Desa Praijin
Bersama Silvy, pendiri Taman Baca Kita

Rumah adat ini memiliki bentuk yang unik.

Rumah di Praijin hampir sama dengan rumah yang ada di Rotenggaro.

Rumah adatnya masih asli tradisional dengan batu batu megalitikum dan ada kubur batu yang berada di tengah-tengah jalan diantara beberapa rumah.

Rumah ini terletak di atas bukit Praijin yang tinggi sehingga pemandangan sangat indah dengan panorama hamparan persawahan, di bawahnya.

Dinding rumah ini berdinding kayu dan beratap rumbai. Setelah puas menikmati Desa Praijin, bertolaklah saya dan rombongan menuju air terjun Lapopu untuk berenang menikmati dinginnya air Lapopu.

Rumah adat di Desa Praijin
Jalan menuju Lapopu

Menuju ke Lapopu

Untuk menuju ke Lapopu jalan yang dilalui cukup jauh dan rusak. Namun perjalanan itu memberikan pemandangan alam yang luar biasa indahnya.

Awalnya saya hanya melihat keindahan air terjun Lapopu di internet. Karena hal inilah saya tergiur untuk melihat keaslian keindahan Lapopu.

Dari Praijin ke Lapopu ditempuh waktu 1 jam. Jalanan kecil dihimpit dengan pemandangan perbukitan nan hijau dan indah.

Keindahan ini membuat mata ini sulit dipejamkan seakan tidak ingin melewati keindahan alamnya. Meskipun harus dinikmati di dalam mobil saja.

Dengan jalan yang kecil dan cukup rusak, untung saja waktu itu kami disupiri Pak Patrice yang lihai dalam mengendarai mobil. Satu jam berlalu sampailah kami di Lapopu.

Kami tiba di hutan yang sepi penghuni. Kami menyiapkan pakaian dan makanan yang akan dibawa. Berjalan 700m ke depan dan bertemu Bapak-bapak penjaga lokasi wisata.

Kami melapor sebelum masuk menuju air terjunnya. Kami membeli tiket, yang harga nya 5000 rupiah per orang. Perjalanan berlanjut selama 10 menit mencari air terjun.

Suara derasnya air sudah terdengar dari jauh dengan warna air tosca. Karena waktu itu musim hujan airnya cukup deras.

Sungguh indah air terjun Lapopu, lebih indah dari yang saya lihat di internet. Tak berselang lama saya dan ke 4 teman saya berenang dengan cukup berhati-hati karena arus air waktu itu sangat kuat.

Kami berpegangan di pinggir batu supaya bisa menahan arus dan menuju ke tengah menikmati derasnya air yang jatuh dari atas tebing.

Ahhhh,, segar sekali dan dingin. Selama kurang lebih satu setengah jam kami menghabiskan waktu disana dengan berenang dan berfoto.

Setelah lama berendam, perut kami terasa lapar. Maklum saja waktu itu sudah menunjukkan pukul 12 siang, waktunya menyantap makan siang.

Air Terjun Lapopu

Berpamitan dengan Lapopu.

Makan siang selesai, saatnya berpamitan dengan Lapopu. Tempat yang luar biasa indah, kami melanjutkan perjalanan menuju Sumba Timur yang akan ditempuh selama kurang lebih 3 jam.

Jalan menuju Sumba Timur cukup jauh dengan jalan yang bagus dan besar. Di pertengahan jalan kami sempat berhenti di pinggir jalan karena penasaran melihat ibu sedang merebus jagung.

Kami berhenti sejenak sambil meregangkan otot dengan menikmati jagung rebus khas Sumba. Udara yang sejuk dan jagung panas menemani perjalanan kami waktu itu.

Hamparan sawah yang luas dan perbukitan yang hijau memberikan warna tersendiri dalam perjalanan ini.

Bukit Warinding, tibalah kami di bukit ini sebelum menuju ke Savanna Puru Kambera dan Hotel tentunya. Bukit Warinding, bukit yang luarrrr biasa indahnya.

Bahkan 100% jauh lebih indah dari yang saya lihat di foto. Hamparan bukit-bukit hijau yang tinggi berliuk liuk seperti gelombang membuat kaki ini berlari mengelilinginya.

Bukit dan senja di negri Sumba Timur membuat mata ini sejuk terbelalak memuji keindahan alam Indonesia. Bangga dan terharu itu adalah rasa dan kata untuk alam Indonesia.

Saya dan adik saya berjalan menyusuri sebagian bukit sedangkan teman teman yang lain hanya menikmatinya di pinggir saja.

Sangat disayangkan jika bukit seindah itu dinikmati hanya sebentar. Ya, menikmati dan mengabadikannya dalam foto dan video dan tentunya direkam dalam memori kepala yang tidak bisa terhapus oleh virus computer, hahaha…

Duduk sejenak di tengah hamparan bukit dengan melihat sekeliling dan menikmati senja. Meskipun senja itu seharusnya lebih jingga, tapi tak apalah.

Apapun warna senja waktu itu tetap senja itu memberikan warna indah dalam perjalanan saya dan teman-teman di Bukit Warinding.

Bukit Warinding
Anak-anak di Bukit Warinding
Pembagian Buku ke Anak-anak di Bukit Warinding

Bukit, Senja dan Anak-anak

Tidak hanya bukit dan senja, kami bertemu dangan anak anak kecil penghuni rumah kecil di dekat bukit.

Anak-anak dan orang tua disana menyambut kami dengan senyum yang tulus, yang hampir jarang ditemui di kota-kota besar.

Satu hal yang membuat saya heran dengan anak-anak disana, yakni mereka jarang memakai alas kaki. Kami sempat bermain dengan mereka, tepatnya mengobrol sejenak dan membagikan buku tulis.

Mereka sedikit malu-malu dengan pemberian kami. Tapi saat saya memberikan permen, anak-anak tersebut seperti melihat uang, hahaha..

Bagi seorang anak permen itu lebih penting dari uang, karena seumur mereka rasa manis dan kenikmatan itu hanya ada dalam sebutir permen.

Tak bisa lama menikmati bukit Warinding karena hari sudah mulai gelap dan kami harus menuju ke hotel dan harus menyantap ikan laut sebagai menu makan malam kami. Kami melanjutkan perjalanan satu jam lagi.

Saya kira perjalanan hari itu akan dilanjutkan ke Puru Kambera di esok hari, namun teman-teman ingin melanjutkan di hari itu juga untuk melihat sejenak senja yang berwarna jingga dan senja terlama yang pernah saya nikmati hingga pukul 7 malam.

Savanna yang luas namun tandus,semua pohon mengering dan berwarna kecoklatan. Kami hanya menikmati senja yang kemudian menuju ke pasar sea food untuk menyantap makan malam.

Yang kemudian diakhiri dengan menuju ke hotel untuk beristirahat dan bersiap melanjutkan perjalanan besok.  Wisata Sumba, Menikmati Senja di Tengah Hamparan Bukit Warinding a place to remember.

by Novi Ani