Wisata Sumba, Penutup yang Manis

29 December 2016 hari terakhir saya di Sumba. Kami akan bertolak ke Bali pukul 3 sore. Jadi sebelum pukul 3 tiba kami tetap bangun pagi-pagi dan pergi ke beberapa tempat di Waingapu.

Pagi-pagi jam 8, kami sudah ditunggu oleh bapak guide. Beliau akan mengantar kami dengan motor menuju Londa Lima, pantai yang kata warga setempat cukup bagus.

Pantai yang terletak di Desa Kutta, 15 km barat laut kota Waingapu. Londa lima berarti begandengan tangan atau beramai-ramai.

Pantai ini dijadikan tempat wisata sejak tahun 2001. Pantai dengan pasir putih dan laut yang tenang, pohon-pohon yang besar dan rindang.

Warna air laut disana cukup unik karena pantainya landai dan ada pohon unik yang tumbuh di pantai. Di pantai ini kita bisa berjemur, berenang dan memancing.

Kita dikenakan biaya 5.000 rupiah untuk masuk ke kawasan pantai.

Pantai Londa Lima
Memancing di Pantai Londa Lima
Rumah di Sekitar Pantai Londa Lima
Savana dekat Londa Lima

Bukit Lambanapu/Morinda.

Bukit Morinda, bukit yang saya dengar namanya dari seorang teman. Bukit yang paling indah diantara bukit yang saya lihat di Sumba. Bukit yang memberikan ketenangan jiwa dan pikiran.

Yup, ini salah satu tempat favorit saya. Saya ingin kembali lagi ke tempat ini dan menginap di hotel yang dibangun didekat bukit dan menghabiskan waktu dengan bersantai melihat pemandangan yang sangat menyejukkan mata.

Tak bisa berlama lama menikmati pemandangan Morinda, seakan mata enggan beranjak dari pesonanya yang menyimpan sejuta kenangan. Suguhan alam yang indah dan penginapan yang unik membuat saya enggan pulang ke Bali.

Bukit Morinda
Bukit Morinda
Restauran Morinda

Waktu menunjukkan pukul 11 siang, Bapak guide bertanya hendak kemana lagi kami? Waktu kami masih banyak sebelum keberangkatan kami ke Bali. “Kami tidak ada ide pak, yang jelas terakhir kami akan ke panti asuhan”, Kata saya.

Kemudian saya ingat ada satu pantai dekat kota, namanya pantai Batu Payung. Pantai yang cukup menarik hanya untuk mengetahuinya saja, haha…

Batu Payung, bukan sebuah pantai namun laut lepas yang letaknya di dekat hamparan tanah yang luas dan menjorok kedalam.

Tidak ada pasir, yang ada hanya pohon-pohon di tengah laut seperti mangrove dan satu batu berbentuk payung. Mungkin itu sebabnya disebut batu payung.

Kami tidak lama disana, sempat duduk dan menatap laut dan alam sekitar. Disana banyak saya lihat sapi sedang berjemur dan tidur.

Pantai Batu Payung

Karena sudah puas menatap laut, kami memutuskan untuk menuju salah satu panti asuhan Prailiu.

Berbagi

Kami sengaja datang ke Sumba dan membawa beberapa buku dan pakaian yang masih layak pakai untuk disumbangkan di salah satu panti asuhan.

Pukul 12 siang kami sampai di panti asuhan. Kami disambut oleh pengelola panti. Kami memberi tahu niat kami kesana untuk menyumbangkan beberapa barang untuk anak-anak disana.

Kami mengobrol dengan ibu pengelola, saya lupa nama ibu itu, hanya ingat wajahnya. Kami mengelilingi panti dan bercanda dengan anak-anak panti.

Anak-anak sangat gembira waktu itu ada buku dan alat tulis yang kami bawa untuk mereka. Kami sempat melihat tempat tidur, kamar mandi, dan dapur.

Itu semua sudah sangat rusak dan rapuh. Dulu memang ada donator rutin yang memberikan sumbangan untuk panti itu, namun sekarang mereka hanya mengandalkan sumbangan dari berbagai kalangan.

Puas kami mengobrol dan melihat panti, kamipun harus mengakhiri perjalanan itu dengan kembali ke bandara.

Anak-anak di Panti Asuhan Prailiu
Dapur Sederhana di Panti Asuhan Prailiu

Lelah namun senang karena bisa menikmati alam Sumba bersama orang baru dan bertemu warga lokal. Rasa lelah ini tidak begitu terasa ketika kita sampai di tempat yang ingin kita kunjungi.

Lautan, pegunungan, rumah adat, makanan khas Sumba, dan orang asli Sumba. Pertemuan semua itu membuat perjalanan ini sempurna.

Selalu ada makna dalam perjalanan yang saya lalui. Semoga masih ada hari esok untuk kembali melakukan perjalanan baru untuk bertemu dengan orang baru sehingga ada pelajaran baru yang saya peroleh dari mereka.  Wisata Sumba, Penutup yang Manis a place to remember.

by Novi Ani